"Saya pikir hal-hal itu berpengaruh pada pemain, ketika berusia 17 atau 18 tahun, mereka memiliki bentuk fisik yang lebih baik," ujar Gabriel Tan.
"Jelas, itu membantu Ikhsan Fandi dan Irfan Fandi, ketika mereka bergabung dengan akademi di Chile, Universidad Catolica," ucap Gabriel Tan saat memberikan salah satu contoh produk pembinaan sistem olahraga di Singapura.
"Lalu, pemain seperti Anumanthan, dia sangat kuat sejak usia muda," tutur Gabriel Tan, memberikan contoh lainnya.
Baca juga: Punya Darah Indonesia, Pemain Singapura Sebut Lawan Garuda Jadi Momen Istimewa
Kendati demikian, Gabriel Tan memandang bahwa postur tinggi dan kekar tak selamanya menjadi keuntungan.
Dia memberi contoh kapten dan bintang timnas Thailand, Chanathip Songkrasin, yang mengandalkan kecepatan dan kemampuan individu.
"Lihatlah Chanathip yang terlihat tidak sering ke tempat gym, tetapi hampir tak mungkin menekannya ketika menguasai bola," ujar Gabriel Tan.
"Jadi, saya pikir, fisik memang terkadang menentukan, tetapi bakat juga. Lihat Witan Sulaeman. Dia masih terlihat mungil, tetapi sulit merebut bola darinya. Dia terlalu cepat. Saya pikir kedua hal itu (fisik dan bakat) sama-sama bisa berguna," tutur Gabriel Tan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.