Nama besar klub, pemain ternama, dan pelatih berprestasi tidak cukup untuk memenangi kerasnya persaingan Liga 1 2021-2022. Persipura Jayapura menjadi saksi kerasnya kompetisi.
Tidak ada yang menyangka, tim juara empat kali Liga Indonesia tersebut terseok-seok di zona degradasi. Padahal, secara materi tim tidak kalah dengan kontestan lainnya.
Tim berjuluk Mutiara Hitam itu juga diperkuat pelatih kawakan, Jacksen F Tiago, yang sudah malang melintang di Liga Indonesia.
Persipura Jayapura mengawali musim dengan alot karena banyak pemain tumbang secara berkala, dimulai dari Takuya Matsunaga, Henrique Motta, Takuya Matsunaga, Charenz Huwae, Patrick Womsiwor, Imanuel Rumbiak, sampai Yevgen Bokhashil.
Enam laga di seri pertama berakhir dengan satu kemenangan, dua seri, dan tiga kekalahan.
Seri kedua semakin pelik, tim makin banyak kehilangan pemain karena cedera dan agenda timnas Indonesia.
Performa tim pun makin pincang, Ian Louis Kabes dan rekan-rekannya gagal memetik satu poin pun dari lima pertandingan. Hal tersebut membuat suporter mulai gerah dan sempat mendatangi penginapan Persipura Jayapura untuk menuntut revolusi.
Akhirnya, setelah 12 pekan hanya mampu memetik lima poin, pelatih Jacksen F Tiago memutuskan untuk mundur. Posisinya kemudian digantikan oleh Angel Alfredo Vera.
Baca juga: Pesan Jacksen F Tiago kepada Putranya yang Dihukum 12 Bulan oleh Komdis
Kehadiran pelatih asal Argentina itu membawa angin segar. Persipura Jayapura langsung memetik kemenangan pertamanya setelah delapan pekan terakhir puasa kemenangan.
Perlahan performa tim pun mulai membaik. Dari lima laga yang dipimpin Alfredo Vera, Persipura Jayapura berhasil menang dua kali, imbang dua kali, dan sekali kalah.
Sayangnya, jarak poin yang terlalu jauh membuat Persipura Jayapura belum beranjak dari zona degradasi hingga akhir putaran pertama.
Saat ini, mereka berada di posisi 17 dengan mengoleksi 13 poin. Sepanjang 17 pekan, Persipura Jayapura mengalami 10 kekalahan, 4 hasil seri, dan 3 kemenangan.
Meskipun tidak mampu menembus papan atas, Persela Lamongan sebenarnya menunjukkan kualitas untuk bersaing di papan tengah dan papan bawah.
Pada Seri 1 dan 2, Laskar Joko Tingkir rutin mengoleksi poin untuk menjauhkan diri dari zona degradasi. Selama 10 pekan, mereka mampu mengoleksi 12 poin dari tiga kemenangan dan tiga hasil seri.