SOLO, KOMPAS.com - Persebaya Surabaya akan menghadapi Barito Putera pada laga pekan ke-15 Liga 1 2021-2022 di Stadion Manahan Solo, Sabtu (4/11/2021) malam.
Laga Persebaya vs Barito yang mempertemukan dua pelatih lokal bernama besar, Aji Santoso dan Djadjang Nurdjaman, diprediksi sengit.
Pelatih Persebaya Aji Santoso mengakui sosok Djadjang Nurdjaman sebagai salah satu pelatih lokal berkualitas di Liga Indonesia.
Dia memastikan tidak akan lengah saat beradu pengalaman meracik strategi dan taktik di dalam lapangan nanti.
"Jadi, saya sangat mengapresiasi kualitas dari coach Djanur yang satu angkatan dengan saya saat mengambil A AFC Pro kemarin," ujar Aji Santoso.
"Dia adalah pelatih yang bagus dengan pengalaman yang matang, baik sebagai pemain maupun pelatih," katanya," tuturnya.
Baca juga: Jadwal Liga 1 Hari Ini: Persebaya Vs Barito, Madura United Vs Persib
Selain sama-sama dianggap pelatih lokal yang disegani, Aji Santoso dan Djadjang Nurdjaman juga memiliki cerita dan sisi menarik di antaranya keduanya.
Drama Liga 1 2019 Djadjang Nurdjaman, Persebaya Surabaya, dan Aji Santoso
Fakta yang cukup menarik pelatih Djadjang Nurdjaman, Persebaya Surabaya, dan Aji Santoso sempat terikat dalam satu cerita. Tepatnya pada drama pelatih Persebaya pada Liga 1 2018 dan Liga 1 2019 lalu.
Djadjang Nurdjaman bergabung dengan Persebaya Surabaya pada pertengahan Liga 1 2018. Tepatnya pada pekan ke-21 saat Persebaya Surabaya sedang dalam ancaman degradasi sebagai tim promosi musim itu.
Kehadirannya menjadi berkah, tim berjuluk Bajul Ijo berangsur pulih dan berhasil finis di posisi kelima setelah nyaris separuh musim berkutat di papan bawah.
Capaian itu pun membuat pelatih yang biasa disapa Djanur dielu-elukan sebagai pahlawan oleh Bonek.
Baca juga: Pemain Persebaya Dominasi Skuad Timnas Indonesia di Piala AFF, Siapa Saja?
Karena capaian itu pula pada Liga 1 2019 banyak yang menaruh harapan besar kepadanya untuk membawa Persebaya Surabaya lebih tinggi lagi. Manajemen pun memberikan dukungan dengan mendatangkan pemain seperti Damian Lizio, Elisa Basna, Manuchekhr Dzhalilov, Hansamu Yama, dan Amido Balde.
Akan tetapi, fakta di lapangan tidak sesuai ekspektasi. Djadjang Nurdjaman memulai musim keduanya dari posisi 12 setelah kalah dari Bali United. Kemudian disusul dengan tiga hasil seri yang makin membuat Persebaya Surabaya kesulitan naik ke papan tengah.
Dia seperti kehilangan sentuhannya Persebaya Surabaya tampil inkonsisten dengan hanya berkutat di papan tengah.