Hal yang hampir sama juga tergambarkan dalam rivalitas sengit antara Real Madrid dengan Barcelona di Spanyol. Duel tersebut pun dijuluki El Clasico.
Laga antara Madrid dengan Barcelona pun kerap menimbulkan friksi di luar lapangan, yang melibatkan kedua suporter. Meski memang atmosfernya tidak sepanas Superclasico.
Selain itu di dalam lapangan, Madrid dan Barcelona pun selalu terlibat secara langsung dalam perseteruan, mengukuhkan status sebagai klib terbaik di Spanyol.
Sama halnya dengan River Plate dan Boca, Madrid serta Barcelona pun menjadi dua kesebelasan yang mendominasi perolehan gelar juara, khususnya di ajang domestik.
Kembali ke duel Persib vs Persija. Laga ini pun memiliki atmosfer yang panas, namun cenderung terjadi di luar lapangan yang melibatkan suporter dua kesebelasan.
Sementara di dalam lapangan, tidak ada catatan sejarah yang menuliskan bagaimana kompetitifnya persaingan Persib dengan Persija dalam menorehkan prestasi tertinggi di kompetisi nasional.
Sejak era Perserikatan, Persib lebih sering bersaing dengan PSM Makassar dalam perebutan gelar juara sejak medio awal 1960 hingga 1990-an.
Dalam kurun waktu tersebut, Persib dan PSM empat kali bertemu di laga final.
Kali terakhir Persib dan PSM bentrok pada laga final Perserikatan adalah tahun 1993, bertepatan dengan gelaran terakhir kompetisi Perserikatan.
Saat itu Persib mengalahkan PSM, dan memastikan diri sebagai juara pada edisi terakhir kompetisi Perserikatan.
Selain PSM, ada pula PSMS Medan yang menjadi rival Persib di medio 1980-an.
PSMS dianggap musuh bebuyutan oleh para pendukung Persib. Pasalnya, Maung Bandung selalu kalah dalam dua laga final yang dimainkan dengan PSMS pada 1983 dan 1985.
Adapun Persija, lebih sering terlibat persaingan langsung dalam memperebutkan gelar juara dengan beberapa tim seperti Persebaya Surabaya, PSM, hingga PSMS Medan.
Baca juga: Klasemen Liga 1: Bhayangkara FC Kalah, Persib Bisa Rebut Puncak Klasemen
Khususnya dengan PSMS, di era Perserikatan empat kali Persija dan PSMS bertemu di laga final Perserikatan. Bahkan pada 1975, Persija dan PSMS dikukuhkan sebagai juara bersama di kompetisi tersebut.
Melalui penjelasan di atas, tergambar bahwa ada sejumlah aspek yang kurang untuk menyebut duel Persib vs Persija sebagai El Clasico Indonesia.