Dendi Santoso pun mendulang kritik sebab tindakannya dirasa tidak perlu, apalagi tim sedang dalam keadaan unggul 2-1.
Setelah kartu merah itu, Arema FC "kehilangan" kekuatannya. Ritme pertandingan diambil alih Persebaya yang kemudian berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-70.
Namun, apa yang sudah terjadi di lapangan sudah tidak bisa diubah kembali. Begitu kira-kira yang ingin pelatih Eduardo Almeida katakan.
Pelatih asal Portugal tersebut juga tidak tutup mata banyak kerugian yang tim dapatkan karena kartu merah.
Namun, dia tidak mau menyalahkan pemain karena menurut dia apa yang terjadi di dalam lapangan merupakan bagian dari drama sepak bola.
Baca juga: 45 Aremania Hadir Beri Semangat Arema Melawan Persebaya di Manahan
"Tanpa mengurangi rasa hormat, saya melihat beberapa pemain lain membuat pelanggaran, tetapi tidak diganjar dengan kartu. Namun, kami akan menerima keputusan dari wasit," ujar Eduardo.
"Saya tidak akan mengomentari keputusan wasit dan tidak juga mengomentari kepemimpinan wasit pada laga ini (melawan Persebaya)," katanya.
"Namun, memang harus diakui kami beberapa kali mendapatkan kartu merah dan sering bermain dengan 10 pemain. Kami berusaha memberikan yang terbaik saat dalam kondisi tersebut seperti yang kami lakukan pada saat melawan Persebaya," katanya.
Eduardo Almeida bukanlah sosok pelatih yang mudah menyalahkan keadaan.
Terpenting baginya adalah bagaimana menemukan sebuah solusi sebelum mencari kambing hitam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.