Sebab, hakim garis juga ambil bagian besar pada keputusan kontroversial dari wasit.
“Wasit bisa bekerja maksimal jika hakim garis 1 dan 2 bisa bekerja maksimal. Tujuan dari hakim garis ini adalah membantu kerja dari wasit di tengah,” kata Aji Santoso.
“Padahal, menurut saya, tugas mereka hanya memperhatikan pergerakan pemain belakang dan menyerang lawan (offside), kan sebenarnya hanya itu tugas mereka,” sambungnya.
Aji melanjutkan, sangat tidak masuk akal jika tugas sederhana tersebut lalai dikerjakan oleh hakim garis.
Dalam kasus lain, Aji juga tidak habis pikir mengenai pelanggaran di kotak penalti dan cukup dalam, tetapi justru berujung pada tendangan bebas.
Hakim garis seharusnya bisa mencegah hal tersebut apabila berkoordinasi dengan wasit utama.
Baca juga: Klasemen Liga 1 - Bhayangkara FC Puncak, PSIS-Persib Masih Tak Terkalahkan
“Yang menjadi pertanyaan saya mengerti atau tidak aturan kan begitu," kata Aji Santoso.
"Kalau tidak mengerti kan sebetulnya sebelum mereka bertugas sudah ada meeting, ada rule of the game-nya bagaimana."
"Jadi, kami akhirnya berpikiran macam-macam itu disengaja atau ketidakmengertian mereka,” kata pelatih berusia 51 tahun itu.
Pada akhirnya, Aji Santoso berharap kesalahan-kesalahan ini bisa menjadi pembelajaran agar wasit di Liga 1 bekerja lebih baik lagi.
“Sekarang kalau ada wasit dan hakim garis yang melanggar juga harus ada hukumannya dong," ujar pelatih Persebaya itu.
"Tidak hanya pemain dan pelatih saja yang dikartu merah wasit dan hakim garis pun seharusnya bisa di kartu merah,“ kata dia lagi.
Di sisi yang berbeda, pelatih Persija Jakarta Angelo Alessio lebih dingin dalam menanggapi masalah kualitas wasit Liga 1.
Dia tidak terlalu tertarik berbicara mengenai kualitas wasit meskipun Persija Jakarta beberapa kali dirugikan pengadil lapangan.
Pada laga melawan Arema FC, Persija Jakarta sebenarnya punya kesempatan untuk menyamakan kedudukan, tapi gol dari Marko Simic justru dianulir.