Selain itu, akses dan peluang untuk mengembangkan karier bagi atlet juga tidak semudah sekarang. Dulu akses informasi sangat terbatas, apalagi pendidikan level lanjutan seperti universitas masih bersifat eksklusif.
Karena itu, hanya atlet-atlet tertentu yang visioner, mau menginvestasikan waktu, tenaga, dan pikirannya.
"Tadinya bisa seiring pendidikan karena ya main bola zaman saya targetnya bukan gaji seperti sekarang, melainkan berprestasi untuk dikerjakan oleh pemerintah setempat," katanya.
Kondisi tersebut sangat berbeda dengan kondisi persepakbolaan modern. Banyak opsi jenjang karier yang disediakan, bahkan saat pemain masih tengah disibukkan sebagai seorang pesepak bola aktif, seperti menjadi pebisnis kuliner atau properti.
"Jenis usahanya macam-macam, ada usaha kuliner, kos-kosan, dll. Alasannya bisa ditinggal, tidak harus selalu dipantau," ujar pelatih berusia 62 tahun itu.
Baca juga: Kembangkan Usaha, Kim Jeffrey Rambah Bidang Bisnis Kuliner
Karena pengalamannya itu, Djajang Nurdjaman berpesan kepada pemain-pemain profesional yang masih aktif untuk mulai menata finansial dan karier.
Kunci utamanya adalah menjaga gaya hidup dan mau berinvestasi.
"Yang harus dilakukan oleh pemain profesional adalah harus disiplin tinggi di dalam dan di luar lapangan. Lifestyle glamor, kehidupan malam, boros, wajib dihindari," tuturnya.
"Menabung sangat penting karena pesepak bola setelah pensiun di usia 30-35 tahun punya peluang tipis jadi pegawai, jadi akan hidup dari dana tabungan tersebut," kata pelatih asal Majalengka itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.