Dirinya pun mendapatkan bimbingan spesial dari Pep Guardiola saat masih bersama di Manchester City.
Arteta menganut prinsip penguasaan bola di mana gaya main yang diinginkan bertujuan untuk menghadirkan superioritas di lapangan, baik saat menyerang maupun bertahan.
Namun, hal tersebut yang hilang saat Arsenal berjumpa Brentford pada laga pertama musim maupun ketika bersua Chelsea sepekan berselang.
Tidak bisa memainkan sejumlah pemain-pemain andalan seperti Alexandre Lacazette, Pierre-Emerick Aubameyang, dan juga bek anyar Ben White boleh menjadi satu alasan mengapa Arsenal belum lagi menampilkan permainan terbaik.
Tetapi, yang namanya pendukung fanatik apalagi seorang glory hunter tidak akan bisa menerima alasan tersebut.
Dua kekalahan beruntun di awal musim dari dua tim asal kota yang sama yakni London sudah sangat menyakiti hati penggemar.
Baca juga: Arsenal Sedang Kritis, Nasib Mikel Arteta Diputuskan Oktober?
Pada Sabtu (28/8/2021), Arteta dan Arsenal sudah ditunggu Manchester City.
Bukan perkara mudah bagi Arsenal untuk bisa mencuri poin dari The Citizens pada laga pembuka pekan ketiga nanti.
Satu hal harus digarisbawahi adalah sikap optimisme Mikel Arteta yang masih terjaga untuk membangun Arsenal.
Bagi saya pribadi, memang bukanlah hal yang adil untuk memberikan penilaian dan hukuman kepada seorang Arteta hanya dari dua pertandingan awal musim.
Arsenal bersama Arteta masih merupakan tim yang berisi pemain-pemain muda.
Perlu sebuah proses untuk melihat tim ini bisa menyajikan prestasi yang luar biasa.
Sebuah proses panjang dengan kekuatan yang belum lagi keluar dari sosok-sosok muda penghuni Stadion Emirates.
Melihat Arsenal memang harus utuh tak hanya sekadar gelar juara Liga Inggris semata.
Sejarah mencatat ketika Arsenal meraih gelar juara Premier League terakhir dengan predikat The Invicible, sang pelatih Arsene Wenger mencintai yang namanya proses.