SUDAH banyak atlet Indonesia yang mampu menunjukkan prestasinya di ajang olah raga dunia, seperti Asian Games dan Olimpiade. Kiprah mereka telah membawa nama harum Indonesia.
Meski demikian, sebagai bangsa besar, prestasi yang berhasil ditorehkan oleh para atlet kita, masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi jumlah cabang olahraga maupun dari segi jumlah peroleh medali.
Sebagai bangsa, kita memang berbangga punya atlet bulu tangkis yang sering meraih prestasi tertinggi di berbagai ajang internasional. Terakhir, atlet ganda putri, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, merai medali emas di Olimpiade Tokyo.
Namun, secara keseluruhan, kita juga mesti merunduk malu, karena sebagai bangsa dengan penduduk terbesar keempat dunia, prestasi olahraga bangsa kita masih sangat rendah. Pada Olimpiade 2020 Tokyo baru-baru ini kita berada di peringkat ke-55.
Sekadar membandingkan, Amerika Serikat, telah mengoleksi jumlah medali paling banyak dalam sejarah Olimpiade sejak 1892 hingga 2016, yaitu 2.523 medali, 1.022 di antaranya adalah medali emas.
Koleksi itu bertambah di Olimpiade Tokyo 2020 dengan perolehan 29 emas, 35 perak, dan 27 perunggu hingga 6 Agustus 2021.
Uni Soviet secara keseluruhan telah mengumpulkan raihan medali Olimpiade tertinggi kedua, dengan 1.556 medali, 590 diantaranya merupakan medali emas.
Sementara itu Indonesia, sepanjang keikutsertaan di Olimpiade hingga tahun 2020 hanya mendapatkan 39 medali, yakni 8 emas, 14 perak, dan 15 perunggu.
Pertanyaan, mengapa Indonesia masih saja bertumpu pada atlet bulu tangkis saja? Dan mengapa atlet Indonesia belum berprestasi dicabang olaraga lain?
Memang tak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Namun, faktor utama yang menentukan prestasi seorang atlet ada pada diri setiap atlet sendiri (faktor individual).
Pakar olahraga Sanjeev S. Patil (2018) menyatakan, ada lima faktor terkait individu atlet yang memengaruhi prestasi yaitu proporsi tubuh, pelatihan keterampilan, kekuatan, fleksibilitas dan daya tahan.
Lima faktor ini akan memengaruhi cabang olahraga apa yang dimainkan, posisi apa yang dimainkan, dan seberapa bagus Anda bisa melakukannya.
Proporsi tubuh adalah satu-satunya faktor yang tidak dapat dikendalikan. Genetika akan mengontrol faktor ini dan pada gilirannya faktor ini dapat mengontrol olahraga yang dimainkan atau posisi yang akan dimainkan.
Jika seseorang berbadan tinggi, ia mungkin bisa mencoba bola basket atau bola voli. Jika seseorang memiliki bingkai lebar, ia mungkin cocok sebagai gelandang atau gelandang sepak bola.
Faktor individual berikutnya adalah latihan. Pelatihan yang teratur bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan motorik, posisi tubuh yang tepat, cara memulai dan berhenti, pengaturan waktu, koordinasi, ritme, dan stabilisasi tubuh adalah keterampilan yang dapat dipelajari untuk meningkatkan kinerja.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.