KOMPAS.com - Kepolisian Manchester menyebut aksi vandalisme yang merusak mural Marcus Rashford tak memiliki makna rasial.
Mural yang menggambarkan wajah Marcus Rashford di Withington, Manchester, telah dirusak oknum suporter lewat aksi vandalisme.
Dikabarkan bahwa terdapat kata-kata bernada rasial yang menutupi mural Rashford di kampung halaman sang pemain itu.
Aksi vandalisme tersebut ditenggarai dilakukan oleh sejumlah oknum suporter untuk melampiaskan kekesalan mereka atas kegagalan Rashford menendang penalti di final Euro 2020.
Laga final Euro 2020 berakhir dengan kemenangan 3-2 timnas Italia atas Inggris via adu penalti di Stadion Wembley, Senin (12/7/2021) lalu.
Baca juga: Marcus Rashford - Gagal Penalti, Diserang Rasial, Absen 3 Bulan karena Cedera
Babak tos-tosan harus dilalui karena kedua tim berimbang 1-1 selama 120 menit.
Timnas Inggris kalah karena tiga eksekutor terakhir mereka, Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka secara beruntun gagal melaksanakan tugasnya.
Bak jatuh tertimpa tangga, ketiga pemain tersebut yang sudah menanggung kegagalan membawa Inggris juara Piala Eropa kian bernasib buruk dengan menerima serangan rasial seusai pertandingan.
Rashford yang masih berusia 23 tahun, Sancho yang berusia 21 tahun, dan Saka yang berumur 19 tahun menerima hujatan lewat media sosial.
Terkhusus Rashford, serangan rasial juga diterima bintang Manchester United itu di dunia nyata melalui vandalisme di muralnya.
"This is what Manchester looks like." ??????
(via @evefrancisholt) pic.twitter.com/7VQYZIviNA
— ESPN FC (@ESPNFC) July 12, 2021
Untung saja ada orang-orang baik yang tanggap menutup vandalisme di mural Rashford dengan kertas-kertas berisikan pesan dukungan.
Kepolisian Manchester sendiri telah melakukan penyelidikan terkait vandalisme di mural Marcus Rashford.
Pihak kepolisian kemudian mengungkapkan bahwa vandalisme tersebut diyakini bukan bermakna rasial.
Namun, penyelidikan akan tetap dilanjutkan karena perusakan mural Rashford dinilai memiliki suatu motif.
"Meskipun konten vandalisme tidak diyakini bersifat rasial, petugas tetap berpikiran terbuka mengenai motif di balik perusakan karya seni tersebut," tulis pernyataan Kepolisian Manchester dikutip Sky Sports, Jumat (16/7/2021).