Ya, bahkan di London pun, tradisi Indonesia yang satu ini pun tidak dilupakan.
Walaupun hari diprediksi akan hujan, para pelajar tetap meramaikan sesi tersebut.
Hampir 20 orang hadir, jumlah cukup besar, mengingat permainan sepak bola yang dimainkan adalah 5v5 mini football.
“Kami bermain bola tiap Sabtu, bukan hanya untuk bermain bola, tapi juga bertemu teman-teman rantau lainnya”, kata Sachi, seorang pelajar Indonesia yang sedang menjalani studi S1 di salah satu universitas di London.
Meski ini adalah ajang silaturahmi, bukan berarti para pelajar tidak bermain dengan serius.
Tekel-tekel keras khas Indonesia tak jarang dilihat, walau selalu diakhiri dengan kedua belah pihak saling tertawa dan berjabat tangan.
Permukaan lapangan menggunakan astro turf, seperti layaknya di Indonesia.
Yang berbeda dari mini football di Inggris adalah bentuk gawangnya.
Namun, gawang futsal yang biasanya tinggi dan sempit malah berbentuk pendek dan lebar di Inggris.
Di sisi lapangan juga tidak ada garis out. Bola masih dimainkan dan boleh menyentuh jaring pembatas lapangan.
Pada akhirnya, sepak bola masihlah sepak bola, jadi keseruan jelas terlihat dari muka anak-anak Indonesia yang sedang bermain.
Efek Euro 2020
Kota London sendiri terpilih menjadi salah satu tuan rumah dari turnamen Euro 2020. Tentu saja, turnamen ini pun membuat para pelajar makin giat bermain.
Vito, salah satu anggota ILFC berkewarganegaraan Indonesia yang lahir di Inggris, mengatakan Piala Eropa membuatnya tampil lebih bersemangat.
“Pada saat menonton Euro, saya jadi gregetan untuk meniru apa yang dilakukan para pemain di lapangan," tuturnya.