KOMPAS.com - Wacana penghapusan degradasi di Liga 1 2021 menciptakan polemik.
Di satu sisi, wacana ini memberikan ruang bagi klub untuk me-recovery kondisi pasca-dihantam pandemi Covid-19.
Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran penghapusan degradasi mengurangi semangat klub dan mengurangi kualitas kompetisi.
Wacana ini membuka kembali memori lama Greg Nwokolo. Sebab, dia sempat merasakan langsung bagaimana sebuah kompetisi tanpa degradasi saat masih bermain di Thailand.
Hal itu sekaligus menjadi pembanding jika nanti wacana tersebut benar-benar diterapkan di Indonesia.
Baca juga: Pelatih Persib Tanggapi Perubahan Format dan Penghapusan Degradasi Liga
Greg membagi pengalaman, tepatnya pada musim 2016 saat membela BEC Tero Sasana di kasta tertinggi Liga Thailand.
"Karena saya pernah di Thailand ketika mereka mau menaikkan jumlah jadi 20 dari sebelumnya 18 tim. Mereka buat tim Liga 2 bertambah, tetapi musim berikutnya yang turun itu ada tiga,” ujar Greg Nwokolo kepada Kompas.com.
Saat itu, sistem degradasi dihapuskan karena buntut sengketa penggunaan pemain ilegal Bangkok United saat berhadapan dengan tim Greg Nwokolo musim 2015.
Kemenangan gugatan tersebut akan menambah poin BEC Tero Sasana yang akan menyelamatkan mereka dari degradasi musim 2016.
Baca juga: Penghapusan Degradasi di Liga 1 adalah Keputusan Keliru
Sengketa tersebut merembet sampai melibatkan Pengadilan Tata Usaha Thailand setelah kasus tersebut tidak ditangani dengan baik oleh Pengadilan Administrasi Thai Premier League.
Alhasil, untuk menghindari sanksi dari FIFA, Federasi Sepak Bola Thailand memutuskan untuk menambah jumlah kontestan musim 2019 menjadi 20 klub dari 18 tim sebelumnya.
Dengan keputusan ini, klubnya tidak jadi degradasi karena skema degradasi dihapuskan pada musim tersebut.
Greg Nwokolo menceritakan selama degradasi dihapus klub-klub di Thailand menunjukkan komitmennya untuk menjaga kualitas kompetisinya.
Persiapan dilakukan dengan serius mulai dari aktivitas bursa transfer, bongkar pasang komposisi pemain, sampai persiapan tim itu sendiri, semuanya dilakukan sebaik mungkin.
"Di Thailand tidak ada penurunan, mereka tetap serius. Bermain sepak bola itu seperti mempertaruhkan gengsi, setiap klub tidak ada yang mau berada di bawah, maunya di papan atas," cerita mantan kapten Madura United itu.