Namun, beberapa mantan pemain dan pandit Perancis mengutarakan bahwa tindakan Laporte bergeser kewarganegaraan ini merupakan suatu tindak egois.
"Ketika Anda dipanggil Timnas Perancis dan merasa sebagai orang Perancis, Anda membela Perancis. Jika dipanggil oleh Spanyol, Anda pilih Spanyol. Jangan jadi oportunis," tutur mantan winger PSG, Jerome Rothen.
Hal serupa juga diutarakan oleh pemenang Piala Dunia 1998, Emmanuel Petit.
"Jadi, Anda bisa berganti negara seenaknya saja? Ia mengklaim cinta terhadap Perancis tetapi kemudian bermain untuk Spanyol."
Pakar sepak bola Perancis, Julien Laurens, sempat mengutarkana alasan Laporte tak pernah dilirik Deschamps.
"Deschamps tidak bodoh, dia tahu betapa bagus penampilan Aymeric Laporte dan Clement Lenglet bersama klub mereka masing-masing," ujar Laurens di program Totally Football Show pada awal 2019.
"Namun, ada tiga hal penting bagi pemilihan pemain Deschamps: senioritas, kebutuhan, dan kepribadian."
Ia mengatakan bahwa senioritas di tim adalah yang utama bagi Deschamps.
Di skuat ini sudah ada Presnel Kimpembe (PSG) dan juga Samuel Umtiti (Barcelona).
Dua pemain tadi sudah lama berkumpul dengan timnas Prancis. Umtiti bahkan sudah dipanggil Deschamps sejak Euro 2016.
"Ada semacam prioritas bagi pemain-pemain ini, senioritas di tim berpengaruh. Umtiti dan Kimpembe sudah akrab dengan segala sesuatu tentang tim nasional Perancis," lanjutnya.
Berikutnya adalah proporsi tinggi bek tengah tangguh berkaki kiri di timnas Perancis. Deschamps sudah mempunyai dua bek berkaki kiri di skuat.
Dia tidak perlu 3 atau bahkan 4 dengan membawa Laporte dan/atau Lenglet.
Baca juga: Zidane Kandidat Terkuat Penerus Deschamps di Timnas Perancis
Oleh karena itu, Deschamps lebih memilih membawa Zouma sebagai pelapis Raphael Varane.
Namun, argumen ini tampak mentah ketika Deschamps memanggil bek Crystal Palace yang juga berkaki kiri, Mamadhou Sakho, setelah Umtiti dan Kimpembe absen kontra Belanda dan Uruguay pada November,