2. Tim peserta Liga Super Eropa dilarang mengikuti kompetisi di bawah naungan UEFA dan FIFA, yakni Liga Champions, Liga Europa, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.
3. Pemain dari tim peserta Liga Super Eropa dilarang membela tim nasional negara masing-masing.
Baca juga: Terlibat dalam ESL, Juventus dan Duo Milan Harus Dikeluarkan dari Liga Italia
Jika sanksi UEFA itu diterapkan, 12 tim pendiri Liga Super Eropa dipastikan tidak bisa mengikuti Liga Champions atau Liga Europa pada masa mendatang.
Hal itu tentu menjadi berita buruk mengingat beberapa tim dari anggota pendiri Liga Super Eropa memiliki tradisi panjang di Liga Champions dan Liga Europa.
Sebagai contoh, Real Madrid yang kini berstatus pengoleksi gelar terbanyak dalam sejarah Liga Champions tidak akan lagi bisa mengikuti kompetisi tertinggi antar klub Eropa tersebut jika sanksi UEFA diterapkan.
Jika demikian, Liga Champions dan Liga Europa dipastikan akan kehilangan pamor karena beberapa tim elite Eropa dengan sejarah panjang tidak lagi menjadi peserta.
Alasan kedua mengapa ESL ditolak oleh banyak pihak adalah karena format kompetisinya.
Seperti dijelaskan di atas, 15 tim pendiri adalah peserta "abadi" dari Liga Super Eropa.
Format itu kini ramai ditolak karena tidak sesuai dengan azas dasar sepak bola, yakni fair play.
Baca juga: Jadi Pendiri ESL, Nasib Chelsea, Man City, dan Real Madrid di Liga Champions Terancam
Berbagai kalangan menolak Liga Super Eropa karena khawatir panggung sepak bola Eropa pada masa mendatang hanya akan dikuasai oleh segelintir tim elite saja dan menutup peluang klub lain untuk beprestasi.
"Saya tidak menentang uang dalam sepakbola. Namun, prinsip utama sepak bola adalah persaingan yang adil. Prinsip itu membuat tim seperti Leicester City bisa juara Liga Inggris dan lolos ke Liga Champions," kata legenda Man United, Gary Neville.
"Arsenal dan Tottenham tidak tampil di Liga Champions musim ini. Mereka tim yang sangat kacau sekarang. Apakah mereka mendapat hal tampil di ESL itu dari Tuhan?" ucap Neville.
"Sepak bola adalah olahraga terbesar di dunia dan ESL adalah tindak kriminal terhadap para penggemar. Ini murni keserakahan, mereka (pemilik 12 tim pendiri ESL) pengkhianat!" ucap Neville menambahkan.
Alasan ketiga yang membuat ESL ditolak adalah tidak ada acuan tertentu terkait siapa tim yang berhak tampil di sana.
Baca juga: Sir Alex Ferguson: Liga Super Eropa adalah Langkah Mundur Sepak Bola
Deklarasi dari 12 tim pendiri juga menimbulkan banyak pertanyaan. Banyak kalangan terutama para suporter tim-tim Eropa menilai ESL hanya ditujukan untuk membuat tim yang sudah kaya menjadi lebih kaya.
Alhasil saat ini muncul anggapan bahwa 12 tim pendiri Liga Super Eropa tidak lagi memikirkan sepak bola dan suporter melainkan hanya ingin meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.
Anggapan itu terlihat masuk akal jika kita melihat daftar tim terkaya di dunia yang dirilis salah satu perusahaan audit dan akuntansi terbesar dunia, Deloitte, pada Januari 2021.
Dari data itu, ditemukan bahwa 12 tim pendiri Liga Super Eropa masuk ke dalam daftar 20 tim terkaya di dunia versi Deloitte.
Delapan tim lain yang masuk ke dalam daftar tersebut tetapi tidak terlibat dengan Liga Super Eropa adalah Bayern Muenchen, Paris Saint-Germain,Zenit Saint-Petersburg, Schalke 04, Everton, Olympique Lyon, Napoli, dan Eintracht Frankfurt.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.