"Pandemi telah menunjukkan bahwa visi strategis dan pendekatan komersial yang berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan nilai dan dukungan demi kepentingan seluruh piramida sepak bola Eropa," demikian pernyataan yang disampaikan para klub pendiri, Senin (19/4/2021).
Baca juga: Rencana Bartomeu untuk Liga Super Eropa Ditebas oleh Presiden LaLiga
Dijelaskan bahwa European Super League akan diikuti oleh 20 tim peserta dengan rincian 15 tim pendiri dan lima tim lain yang bergantung dari hasil kualifikasi tahunan.
Artinya, 15 tim pendiri dipastikan terbebas dari degradasi, sedangkan lima tim lainnya akan berganti setiap musim, bergantung pada pencapaian musim sebelumnya.
Sebanyak 20 tim itu kemudian akan dibagi ke dalam dua grup untuk memainkan pertandingan kandang-tandang. Selanjutnya, tiga tim teratas dari masing-masing grup bakal lolos secara otomatis ke perempat final.
Adapun dua slot perempat final yang tersisa akan diperebutkan oleh penghuni peringkat keempat dan kelima dari masing-masing grup dengan memainkan dua leg play-off.
Mulai perempat final, pertandingan European Super League tetap menggunakan format kandang-tandang hingga tersisa dua tim finalis.
Di partai puncak atau final, dae tim tersisa akan memainkan pertandingan tunggal (bukan kandang-tandang) di tempat netral.
Keseluruhan jadwal European Super League bakal dimainkan setiap tengah pekan, seperti Liga Champions, dengan seluruh peserta tetap bermain di liga domestik masing-masing.
Baca juga: Liga Champions, Liverpool Beri Petunjuk untuk Real Madrid
Sekitar 5 miliar dollar AS (setara Rp 72,9 triliun) siap dikucurkan oleh bank Amerika Serkat, JP Morgan, untuk membiayai European Super League.
Nantinya, klub-klub pendiri juga akan menerima sejumlah 3,5 miliar euro (setara Rp 60,9 triliun) untuk mendukung rencana investasi infrastruktur dan mengimbangi dampak pandemi Covid-19.
Para klub pendiri mengatakan bahwa mereka berniat mengadakan diskusi dengan UEFA dan FIFA untuk bekerja sama menyukseskan European Super League.
"Kami berharap dapat mengadakan diskusi dengan UEFA dan FIFA untuk bekerja sama dan memberikan hasil terbaik, demi liga baru dan sepak bola secara keseluruhan."
Namun, UEFA dan FIFA sejauh ini menentang wacana European Super League.
Mereka menilai adanya European Super League bisa mengancam integritas liga domestik dan Eropa.
UEFA dan FIFA bahkan bersikap tegas dengan menyiapkan beberapa sanksi kepada klub dan para pemain yang tampil di European Super League.
Baca juga: 12 Tim Elite Disebut Ikut European Super League, UEFA Siapkan Sanksi Tegas
Sebagai contoh, di bawah aturan Premier League, setiap klub harus mendapatkan persetujuan tertulis dari dewan liga jika ingin mengikuti kompetisi selain Liga Champions, Liga Europa, Piala FA, Community Shield, Piala Liga Inggris, atau kompetisi lain yang disetujui oleh asosiasi sepak bola negara (FA).
Berdasarkan peraturan tersebut, setiap pemain yang mengikuti European Super League (kompetisi yang belum disahkan) berisiko tidak bisa bermain di kompetisi UEFA dan FIFA, termasuk kejuaraan Eropa dan Piala Dunia.
Pada bulan Januari, FIFA telah mengatakan bahwa liga yang memisahkan diri tidak akan diakui.
Selanjutnya, klub atau pemain manapun yang terlibat dalam kompetisi seperti itu tidak akan diizinkan berpartisipasi dalam kompetisi apa pun yang diselenggarakan oleh FIFA atau konfederasi masing-masing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.