Hanya saja, dalam rentang waktu 1937 hingga 1961 performa Persib masih stabil sebagai tim papan atas sehingga Persib tidak pernah memulai kompetisi musim baru dari babak pertama, tetapi langsung bermain pada tingkat nasional.
Bahkan, sejak PSSI menerapkan sistem babak semifinal pada kompetisi Perserikatan 1964, Persib selalu bisa menembus babak empat besar atau semifinal. Pada kompetisi musim 1965-1966 dan 1966-1967, Persib mampu mengakhiri kompetisi dengan predikat runner-up.
"Terasing" dari jajaran elite
Akan tetapi, kemerosotan prestasi kemudian ditunjukkan Persib ketika memasuki era 1970-an. Persib kerap terlempar dari kelompok elite PSSI.
Hal tersebut, membuat Maung Bandung tak pernah diikutsertakan dalam turnamen Piala Soeharto, yang kerap mempertemukan tim empat besar kompetisi Perserikatan. Hal tersebut yang memunculkan kesan bahwa Persib "diasingkan" dari jajaran kesebelasan elite Indonesia saat itu.
Kendati mengalami penurunan prestasi di kompetisi, pada era tersebut, Persib cukup berjaya di turnamen tingkat nasional, seperti meraih gelar juara di Piala Jusuf 1976 dan 1978.
Sebelumnya, Maung Bandung juga sukses menjuarai turnamen Bank Bumi daya 1973, hingga Piala Surya 1978.
Degradasi atau tidak?
Mengenai kiprah Persib pada era 1970-an, tentunya menarik untuk melihat perjalanan Maung Bandung di kompetisi 1978. Disebut-sebut, itu adalah perjalanan paling kelam yang dilalui Persib.
Kemerosotan prestasi, di kompetisi nasional mencapai nadir. Pada musim tersebut, Persib disebut-sebut terdegradasi.
Penyebabnya, karena Persib gagal masuk ke babak lima besar kompetisi Perserikatan. Dalam perebutan tiket lolos ke babak lima besar, Persib takluk 1-2 dari Persiraja Banda Aceh.
Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan sebutan "Jumat Kelabu di Stadion Utama Senayan". Pasalnya, kekalahan yang diderita Persib dari Persiraja terjadi pada hari Jumat, 27 Januari 1978, di Stadion Utama Senayan, Jakarta.
Akibat kekalahan dari Persiraja, Persib gagal melaju ke kompetisi Perserikatan tingkat nasional. Mau tidak mau, Persib harus memulai perjuangannya pada kompetisi musim berikutnya dari tingkat paling bawah.
Asumsi Persib mengalami degradasi pada kompetisi Perserikatan musim 1978-1979 disebabkan, pada saat itu, kabarnya PSSI sudah mulai membagi kompetisi dalam beberapa divisi, dengan divisi utama sebagai strata tertinggi. Melalui divisi-divisi tersebut, sistem promosi dan degradasi pun mulai diterapkan.
Kala itu PSSI memberlakukan aturan bahwa divisi utama Perserikatan hanya dihuni lima tim. Karena kalah dari Persiraja, Persib pun terlempar dari persaingan menuju lima besar atau divisi utama. Kala itu, tim yang lolos ke babak lima besar adalah Persiraja, Persija, Persebaya, PSM Ujungpandang, dan PSMS Medan.
Baca juga: Saat Persib Dibuat Panik oleh Sarung Tangan Kiper