"Bagaimana tidak, bayangkan saja, selama setengah musim itu kami terus berada di posisi paling bawah. Saya benar-benar stress. Bahkan, untuk keluar rumah saja rasanya malu sekali," kata Dahi kepada Kompas.com, belum lama ini.
Mengenai penyebab keterpurukan Persib pada Liga Indonesia 2003, Dahi enggan membebankan semua kesalahan kepada para pemain Polandia dan Marek selaku pelatih kepala. Dikatakan Dahi, persiapan Persib dalam mengarungi Liga Indonesia 2003 memang kurang maksimal.
Bisa dibilang, persiapan Persib kala itu kalah cepat dengan kontestan lainnya. Hal tersebut, membuat Persib kesulitan mendapatkan pemain incarannya, karena sudah keburu di kontrak tim lain. Akibatnya, skuad Persib saat itu lebih banyak dihuni pemain muda.
"Waktu itu pemain seniornya kan hanya saya, Asep Dayat, dan Udin Rafiudin. Selebihnya adalah pemain muda dan tambahan tiga pemain asing itu," ungkap Dahi.
Menyoal performa para pemain asing Polandia, Dahi tidak menampik mereka memang kurang memberikan kontribusi maksimal bagi tim. Akan tetapi, Dahi menuturkan, ada sejumlah faktor yang membuat permainan mereka kurang berkembang. Salah satunya, proses adaptasi yang lambat dan juga shock culture.
"Bahkan, saat Marek itu pertama datang ke Indonesia, kita kan ada satu uji coba. Dia kaget dengan kultur sepak bola Indonesia yang keras. Jadi, menurut saya, ini hanya soal adaptasi yang tidak berjalan mulus," tutur Dahi.
Hal tersbeut juga diakui oleh Mucharski, dalam wawancara bersama Kompas.com beberapa waktu lalu, Mucharski mengakui bahwa pada saat itu dia dan rekan-rekannya dari Polandia tidak bisa memberikan kontribusi maksimal untuk tim.
"Alasan sederhananya adalah, kami dituntut untuk bisa membawa tim selalu memenangi pertandingan dan mencetak banyak gol. Tetap, yang terjadi sebaliknya. Kami hanya tidak bermain dengan baik, dan kami menelan banyak hasil buruk," kata Mucharski.
Kesetiaan bobotoh
Meski dalam kondisi terpuruk, Persib tidak pernah ditinggalkan oleh bobotoh. Saat Persib bertanding, Stadion Siliwangi yang kala itu menjadi markas Maung Bandung tetap penuh sesak dengan puluhan ribu orang beratribut biru khas Persib.
Dahi mengakui, bobotoh adalah suporter yang luar biasa. Dalam kondisi apapun, bobotoh selalu mendampingi perjuangan tim. Bahkan, ketika Persib tampil dalam babak play-off penentuan promosi dan degradasi, bobotoh tetap mendukung perjalanan tim hingga akhirnya Persib lepas dari jerat degradasi.
"Bobotoh itu sangat luar biasa, dalam kondisi apapun mereka tetap mendukung kami. Waktu tahun 2003, Stadion Siliwangi itu selalu penuh meski performa kami sedang turun. Bahkan ketika babak play-off di Solo pun bobotoh hadir ke sana untuk mendukung kami," tutur Dahi.
Kesetiaan bobotoh dalam mendukung tim yang mereka cintai juga diungkapkan Mucharski. Mantan pemain Wisla Krakow itu menyatakan penyesalannya, karena tidak bisa membalas kesetiaan dukungan bobotoh yang luar biasa dengan prestasi yang mereka harapkan.
"Bagi saya, bobotoh adalah suporter yang luar biasa. Mereka selalu bersorak dan memberikan dukungan kepada kami. Tetapi, pada saat itu, kami tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan, yaitu kemenangan," ucap Mucharski.
Setelah terpuruk selama putaran pertama Liga Indonesia 2003, pengurus Persib pun memutuskan merombak skuadnya. Posisi Marek digantikan Juan Antonio Paez, pelatih asal negeri Cile.
Paez datang membawa serta tiga pemain asal Cile lainnya untuk menggantikan posisi trio Polandia yang juga didepak. Ketiga pemain tersebut adalah; Claudio Lizama, Alejandro Tobar, dan Rodrigo Sanhueza
Kehadiran Paez dan tiga pemain Cile boyongannya ternyata sukses mengangkat prestasi tim Persib. Perlahan tetapi pasti, Maung Bandung bangkit dan keluar dari posisi juru kunci. Persib pun terselamatkan dari ancaman degradasi setelah melalui babak play-off promosi degradasi dengan catatan apik.
Persib lolos dari ancaman degradasi setelah mengunci kemenangan atas Persela Lamongan dan PSIM Yogyakarta dengan skor 1-0, dan menahan imbang Perseden Denpasar 4-4.
"Kalau sampai degradasi, itu nama saya akan tercatat dalam sejarah, membawa Persib degradasi. Jadi bebannya memang sangat berat sekali," tutur Dahi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.