BANDUNG, KOMPAS.com - Berstatus sebagai tim besar dan berprestasi di kancah sepak bola Indonesia, tak menjamin kiprah Persib Bandung dalam mengarungi kompetisi sepak bola nasional selalu berjalan mulus.
Dalam beberapa masa, klub berjulukan Maung Bandung itu juga sempat mengalami keterpurukan. Ada sejumlah momen keterpurukan yang pernah dialami Persib dalam kiprahnya di kompetisi sepak bola Indonesia.
Paling dikenang tentunya saat Persib berkiprah di Liga Indonesia musim 2003. Saat itu, Persib benar-benar terpuruk hingga hampir terdegradasi ke divisi I, atau strata kedua kompetisi sepak bola Indonesia.
Baca juga: Bos Persib Bandung Sebut Beckham Putra Bisa Hijrah ke Eropa pada Medio 2021
Miris, mungkin itulah diksi yang tepat dalam menggambarkan kondisi Persib pada masa itu. Bagaimana tidak, keterpurukan yang dialami Maung Bandung terjadi ketika mereka mulai membuka diri untuk menggunakan jasa pemain asing dalam skuadnya.
Sepanjang sejarah perjalanan Persib berkisah, klub yang berdiri sejak tahun 1933 itu memang memiliki kecenderungan memperkuat skuadnya dengan pemain lokal hasil binaan sendiri.
Tradisi tersebut tetap dipertahankan Persib ketika PSSI mulai memperbolehkan penggunaan pemain asing bagi kontestan kompetisi sepak bola Indonesia.
Kebijakan tersebut mulai berlaku ketika kompetisi Liga Indonesia I bergulir pada musim 1994/1995.
Kala itu, Persib menolak ikut dalam arus utama. Maung Bandung memilih untuk tetap mengandalkan pemain lokal hasil binaan sendiri saat tampil dalam Liga Indonesia I.
Keputusan yang terbilang tepat, karena meski tak diunggulkan karena materi pemain yang kalah mentereng dengan para pesaingnya, Persib tetap bisa menunjukkan taringnya sebab mampu meraih gelar juara Liga Indonesia I.
Kebijakan pengurus Persib untuk tetap mengandalkan pemain lokal dalam skuadnya bertahan hingga akhir musim 2002.
Menyongsong Liga Indonesia musim 2003 pengurus Persib mulai mengubah kebijakan transfernya dengan mendatangkan pemain asing untuk memperkuat skuadnya.
Saat itu, para pengurus Persib mendatangkan empat pemain asal Polandia; Mariusz Mucharski, Piotr Orlinski, Maciej Dolega, dan Pavel Bochian. Rombongan pemain asing tersebut datang bersama pelatih asing yang juga berasal dari Polandia, Marek Andrejz Sledzianowski, yang ditunjuk sebagai pelatih kepala Persib menggantikan posisi Deny Syamsudin.
Alasan pengurus Persib mulai terbuka untuk mendatangkan pemain asing dalam tubuh tim beralias Pangeran Biru itu ditengarai karena semakin menurunnya prestasi klub. Kehadiran pemain asing, tentu diharapkan bisa mengangkat prestasi tim.
Akan tetapi, yang terjadi kemudian justru jauh di luar ekspektasi. Para pemain asing Polandia yang didatangkan persib gagal bersinar. Performa mereka di lapangan bahkan jauh dari harapan. Persib pun terpuruk. Dari awal kompetisi dimulai hingga masuk ke pertengahan musim, posisi Persib di tabel klasemen tak pernah beranjak dari posisi juru kunci.
Kapten Persib pada masa itu, Dadang Hidayat bercerita, mengenai kondisi tim Persib pada Liga Indonesia 2003. Dahi, sapaan akrab Dadang Hidayat mengatakan, kompetisi Liga Indonesia 2003 menjadi pengalaman terburuk yang pernah dialami Dahi selama kariernya sebagai pesepak bola.