Pemecatan ini menjadi akhir perjuangan Frank Lampard sebagai pelatih kepala Chelsea.
Sejak ditunjuk sebagai juru taktik Chelsea (Juli 2019), Lampard telah merasakan dinamika sepak bola, dari kemenangan hingga kekalahan.
Apabila menilik lebih dalam, periode kepemimpinan Lampard di Chelsea memiliki dua sisi, yakni dampak baik dan sederet hasil minor yang kemudian mengkristal menjadi rekor buruk.
Frank Lampard ditunjuk sebagai pelatih Chelsea dengan ekspektasi tinggi yang menyertainya.
Dalam upaya menjawab ekspektasi itu, Lampard melakukan sejumlah terobosan terkait munculnya pemain muda di skuad utama The Blues.
Lampard adalah pihak yang bersikeras mengamankan bakat pemain muda asal Amerika Serikat, Christian Pulisic.
Setelah dibeli Chelsea, Pulisic sempat kembali dipinjamkan ke klub asal, Borussia Dortmund. Dia kemudian ditarik pada Juni 2019 dan menjadi salah satu pemain penting di bawah kepemimpinan Lampard.
Selama bermain untuk Lampard, Pulisic yang masih berusia 22 tahun mampu mengukir 13 gol dan 10 assist dari 51 penampilan.
Baca juga: Rekam Jejak Frank Lampard di Chelsea, Melegenda hingga Berakhir Tragis
Pulisic bukan satu-satunya pemain muda yang bersinar di bawah kepemimpinan Lampard. Terdapat satu pemain muda lain yang paling mencuri perhatian, yakni Mason Mount.
Mason Mount merupakan jebolan akademi Chelsea yang dipromosikan ke skuad utama berkat inisiatif Lampard.
Hasilnya, Mason Mount kini menjelma sebagai gelandang andalan The Blues. Dia telah membukukan 11 gol dan 12 assist dari 80 penampilan.
Tak berlebihan jika Mason Mount disebut sebagai aset berharga di kubu Chelsea.
Selain memberi dampak positif terhadap munculnya pemain muda, Lampard juga berhasil meloloskan Chelsea ke Liga Champions.
Squawka menulis, capaian itu terbilang impresif bagi Lampard yang baru satu musim menangani Chelsea.
Di bawah kepemimpinan Lampartd, Chelsea kembali tampil di Liga Champions setelah sempat absen pada musim 2018-2019 dan 2019-2020.