MALANG, KOMPAS.com - Mantan gelandang Arema FC dan timnas Indonesia, Ahmad Bustomi, memuji pesatnya program pengembangan usia dini di Tanah Air.
Sekolah atau akademi sepakbola menjamur menciptakan tempat bagi pemain akar rumput hingga kelompok usia untuk menempa diri.
Klub-klub profesional pun tak mau kalah serius menggarap sektor akademi.
PSSI pun kini memberikan dukungan dengan menciptakan turnamen dan kompetisi khusus kelompok usia.
Wadah kompetisi tersebut dikelola dan dijalankan secara profesional dan berkesinambungan sehingga menciptakan sebuah lintasan jelas bagi pemain-pemain cilik yang ingin terjun ke dunia profesional.
Pesatnya perkembangan ini membuat pemain yang membawa Indonesia sebagai runners up Piala AFF 2010 tersebut membandingkan dengan zamannya.
Baca juga: Satu Tuntutan Arema FC Seusai Liga 1 2020 Resmi Dibatalkan
Bustomi mengatakan fasilitas yang ia dapat sebagai pemain akademi tidak semewah sekarang.
Selain itu, peluang dari sekolah sepak bola atau akademi menuju klub profesional pun tidak besar. Alhasil, akan ada persaingan yang sangat ketat nan sengit.
Bahkan pemain yang kini membela Persela tersebut menggambarkan pada zamannya pemain sekadar bagus saja tidak cukup mampu membuat tim profesional tertarik.
“Iya, untuk pembinaan usia muda beberapa tahun ini Indonesia sudah mulai bagus. Ada Elite Pro Academy dan ada banyak turnamen untuk usia muda. Jadi jenjangnya pemain itu tidak putus,” kata pemain yang biasa disapa Cimot kepada KOMPAS.com.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan