BANDUNG, KOMPAS.com - Hampir setahun gelaran kompetisi sepak bola Indonesia terhenti karena wabah virus corona.
Penangguhan kompetisi tak pelak membuat semua klub kesulitan finansial.
Permasalahan tersebut pun juga dialami oleh klub elite Liga 1, Persib Bandung.
Direktur Operasional PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Teddy Tjahyono mengatakan, terhentinya kompetisi membuat finansial klub berjulukan Maung Bandung itu goyah.
Teddy mengatakan, keuangan Persib babak belur selama pandemi.
Bagaimana tidak, selama kompetisi terhenti, pemasukan Persib mengalami penurunan drastis.
Baca juga: Enggan Termakan Isu, Persib Tunggu Keputusan Resmi Soal Nasib Liga 1
Padahal, manajemen tetap memiliki kewajiban untuk membayar gaji pemain, pelatih, dan staf tim.
Beruntung, ada sedikit keringanan yang didapatkan Persib dan seluruh klub Liga 1 serta Liga 2 dalam memenuhi hak-hak pemain.
PSSI mengeluarkan kebijakan terkait pemotongan gaji pemain hingga 75 persen.
Kondisi tersebut berlaku selama kompetisi dihentikan,
Ketika kompetisi pada akhirnya mulai bergulir, klub harus kembali melakukan penyesuaian pemberian gaji pemain dari 75 persen menjadi 50 persen.
"Harus diakui, tidak ada kompetisi membuat kami semua ini pusing. Tidak ada pertandingan, ya tidak ada pemasukan. Kami mengalami kerugian, bahkan sampai babak belur," kata Teddy, Jumat (08/01/2021).
Baca juga: Tak Lagi Berharap Liga 1 2020 Berlanjut, Persib Fokus Tatap Musim Baru
Meski mengalami kesulitan finansial, Persib memilih untuk tetap mempertahankan skuadnya.
Bahkan, belum lama ini manajemen Persib baru saja memperpanjang kontrak sejumlah pemain yang ikatan kerjanya habis pada Desember 2020.
Teddy mengatakan, sesulit apapun kondisi finansial Persib, manajemen akan berupaya sekuat tenaga untuk memenuhi hak pemain. Ia mengatakan bahwa hingga saat ini hak pemain dibayarkan tanpa hambatan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.