Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Diego Maradona Bergabung ke Napoli Setelah Dijual Barcelona

Kompas.com - 27/11/2020, 14:00 WIB
Firzie A. Idris

Penulis

KOMPAS.com - Diego Maradona dan kota Naples memiliki ikatan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Diego Maradona dipuji bak dewa di kota selatan Italia tersebut. Maradona memotori Napoli ke gelar Serie A 1987 dan 1990 yang sampai sekarang masih jadi dua scudetti milik klub tersebut.

Namun, pengaruhnya jauh melebihi apa yang ia bawa ke lapangan setiap memakai jersey biru Napoli.

"Maradona bukan hanya seorang pemain. Ia mewakili semangat kota Napoli selama bertahun-tahun," tutur mantan presiden Napoli, Corrado Ferlaino, yang menjabat saat Maradona merumput di sana.

 

Kisah seorang anak muda dari Buenos Aires, Argentina, tersebut merapat ke klub Italia yang (ketika itu) terbelakang jika dibandingkan tim-tim seperti AC Milan dan Juventus jelas saja menarik.

Baca juga: Gennaro Gattuso Bicara Arti Diego Maradona bagi Kota Naples

Keputusan Diego Maradona bergabung ke Napoli bemula dari Barcelona, klub yang ia bela setelah Piala Dunia 1982.

Maradona menjadi pemain termahal dunia ketika itu dengan banderol 5 juta pound.

"Saya mendapat keluhan dari polisi yang memperingati saya untuk berhati-hati terhadap isu ini (Maradona dan obat-obatan terlarang)," tutur Josep Lluis Nunez seperti dikutip dari Mundo Deportivo.

Adalah Nunez yang menjual Maradona ke Napoli pada 1984 setelah hanya dua tahun di Camp Nou.

"Saya bilang ke Maradona dan ia mengatakan tudingan itu tidak benar. Setidaknya, menurut dia."

"Barcelona memerlukan seorang pemain dengan imagi yang benar, mereka yang tak mencari konflik dan harus selalu mementingkan image klub."

Akan tetapi, serangkaian cedera, penyakit hepatitis, kehidupan di luar lapangan, dan cedera patah engkel membuat masanya di kubu Camp Nou kelam.

Puncaknya adalah ketika Maradona terlibat langsung dalam pertikaian massal di final Copa del Rey 1984 kontra Athletic Bilbao yang dihadiri langsung oleh Raja Juan Carlos.

Baca juga: Jenazah Diego Maradona Akan Disemayamkan di Tempat Sama dengan Tujuh Mantan Presiden Argentina

Maradona punya pengalaman tidak enak dengan Athletic BIlbao setelah engkelnya patah karena tekel pemain mereka, Andoni Goikoetxea, pada September 1983.

Kendati pertikaian itu dipicu oleh provokasi fans Athletic dan perlakuan kasar para pemain mereka ke Maradona, sang mega bintang emosi.

Ia melayangkan sikut dan headbutt yang memicu pertengkaran massal antara kedua kedua kubu.

Para fans pun terlibat dan melempari berbagai macam benda ke lapangan. Pada akhirnya, lebih dari 50 orang terluka.

"Ketika melihat Maradona bertengkar dan kaos yang tercipta setelahnya, saya sadar bahwa ini tak bisa berlanjut," ujar Josep Lluis Nunez, yang menjual Maradona ke Napoli pada 1984 setelah hanya dua tahun di Camp Nou.

Sisi lain kelam Maradona ini yang membuat banyak pihak enggan mengambil risiko dengannya sebelum Napoli mengambil perjudian tersebut.

"Saya pikir tak ada klub lain yang menginginkan jasanya," tutur Asif Kapadia, sutradara pemenang Oscar yang membuat film dokumenter mengenai Diego Maradona (2019).

Baca juga: Diego Maradona Meninggal, Argentina Terapkan Masa Berkabung Nasional

"Diego dianggap sebagai talenta muda terbaik. Namun, ia punya banyak nasib buruk di Barcelona dan transfernya gagal," ujarnya di situs FourFourTwo.

"Engkelnya patah karena tekel dari Goikoetxea, ia sakit hepatitis, dan sangat suka pesta."

"Jujur saja, saya pikir banyak orang Spanyol dan Catalan memandangnya rendah karena ia berasal dari Amerika latin."

"Jadi, ketegangan itu nyata dan ia tak sukses. Selama dua tahun di sana, ia tak memenangi apa-apa selain Copa del Rey."

Ia juga menekankan bahwa Barcelona ketika itu bukan Barcelona seperti sekarang inio.

Pada waktu itu, Barca belum memenangi satu pun Piala Champions dan tidak mengangkat gelar liga selama 10 tahun sebelumnya.

"Alhasil, mereka perlu membuang sang pemain dan Diego ingin pergi," ujarnya lagi.

"Italia adalah tempat bermain semua pemain terhebat dunia waktu itu. Uangnya ada di sana semua," tuturnya.

Akan tetapi, Kapadia juga mengatakan bahwa ada batasan-batasan yang membuat setiap tim tak leluasa mendatangkan pemain idaman mereka.

"Kita berbicara soal alam semesta berbeda dengan pembatasan pemain asing pada setiap timnya," lanjut Kapadia.

"Juventus sudah punya Michel Platini dan Zbigniew Boniek. Inter memiliki trio Jerman - Lothar Matthaeus, Andreas Brehme, dan Juergen Klinsmann."

"Sementara, Milan punya para pemain Belanda: Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit. Sungguh gila."

Baca juga: Laporan Awal Forensik Tentukan Penyebab Meninggalnya Diego Maradona

"Alhasil, ada suatu tim di Selatan yang akhirnya membeli Diego dan sekarang ada ikatan antara Italia dan Argentina."

"Saya pikir ia langsung merasakan ikatan itu. Diego tak tahu banyak soal Napoli ketika menerima tawaran mereka."

"Namun, ia langsung merasa nyaman setelah sampai di kota tersebut, mungkin terlebih begitu ketimbang jika ia bermain di Utara."

Napoli akhirnya mengambil risiko dan mendatangkan sang pemain dengan rekor transfer dunia lagi yang hampir mencapai tujuh juta pound ketika itu.

Sambutan yang diberikan para Neapolitan, julukan bagi para penduduk Naples, untuk Maradona membuatnya tercengang.

Foto-foto yang sekarang kembali viral menunjukkan Maradona menaiki tapak tangga San Paolo untuk pertama kalinya di hadapan belasan juru kamera sementara stadion sudah dipadati dengan 80.000 lebih pasang mata.

Ketika itu, Naples adalah kota di terlupakan selatan Italia.

Mereka jauh tertinggal dari para kekuatan sepak bola dan ekonomi Negeri Pizza yang bermukim di daerah utara.

"Naples membutuhkan seorang pahlawan. Ini adalah timing yang sempurna. Sang pemain merasa jatuh. Naples juga tengah di bawah, tim mereka tak hebat dan hampir terdegradasi," ujarnya.

"Kemudian Diego datang - sungguh kisah luar biasa."

Majalah Mundial sampai menyebut kedatangan Diego Maradona mendatangkan revolusi sosial, psikologis, dan bahkan transformasi fisik kota Naples.

Tak mengherankan apabila di luar Argentina, kota di bayangan Gunung Vesuvius tersebut menjadi yang paling menderita dengan kepergian sang legenda saat Diego Maradona menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (25/11/2020).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com