"Diego dianggap sebagai talenta muda terbaik. Namun, ia punya banyak nasib buruk di Barcelona dan transfernya gagal," ujarnya di situs FourFourTwo.
"Engkelnya patah karena tekel dari Goikoetxea, ia sakit hepatitis, dan sangat suka pesta."
"Jujur saja, saya pikir banyak orang Spanyol dan Catalan memandangnya rendah karena ia berasal dari Amerika latin."
"Jadi, ketegangan itu nyata dan ia tak sukses. Selama dua tahun di sana, ia tak memenangi apa-apa selain Copa del Rey."
Ia juga menekankan bahwa Barcelona ketika itu bukan Barcelona seperti sekarang inio.
Pada waktu itu, Barca belum memenangi satu pun Piala Champions dan tidak mengangkat gelar liga selama 10 tahun sebelumnya.
"Alhasil, mereka perlu membuang sang pemain dan Diego ingin pergi," ujarnya lagi.
"Italia adalah tempat bermain semua pemain terhebat dunia waktu itu. Uangnya ada di sana semua," tuturnya.
Naples: a city sat for eternity on death row, it’s fate forever hanging on the moods of a bad-tempered Mount Vesuvius had long since lost any inhibitions. Live for today, as tomorrow is a distant dream. To such a place arrived Diego Armando Maradona. Available May 3 #Maradona pic.twitter.com/e1iBZiDA6N
— John Ludden (@Johnludds) April 20, 2018
Akan tetapi, Kapadia juga mengatakan bahwa ada batasan-batasan yang membuat setiap tim tak leluasa mendatangkan pemain idaman mereka.
"Kita berbicara soal alam semesta berbeda dengan pembatasan pemain asing pada setiap timnya," lanjut Kapadia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.