" Barcelona memerlukan seorang pemain dengan imagi yang benar, mereka yang tak mencari konflik dan harus selalu mementingkan image klub."
Akan tetapi, serangkaian cedera, penyakit hepatitis, kehidupan di luar lapangan, dan cedera patah engkel membuat masanya di kubu Camp Nou kelam.
Puncaknya adalah ketika Maradona terlibat langsung dalam pertikaian massal di final Copa del Rey 1984 kontra Athletic Bilbao yang dihadiri langsung oleh Raja Juan Carlos.
Baca juga: Jenazah Diego Maradona Akan Disemayamkan di Tempat Sama dengan Tujuh Mantan Presiden Argentina
Maradona punya pengalaman tidak enak dengan Athletic BIlbao setelah engkelnya patah karena tekel pemain mereka, Andoni Goikoetxea, pada September 1983.
Kendati pertikaian itu dipicu oleh provokasi fans Athletic dan perlakuan kasar para pemain mereka ke Maradona, sang mega bintang emosi.
Ia melayangkan sikut dan headbutt yang memicu pertengkaran massal antara kedua kedua kubu.
Para fans pun terlibat dan melempari berbagai macam benda ke lapangan. Pada akhirnya, lebih dari 50 orang terluka.
"Ketika melihat Maradona bertengkar dan kaos yang tercipta setelahnya, saya sadar bahwa ini tak bisa berlanjut," ujar Josep Lluis Nunez, yang menjual Maradona ke Napoli pada 1984 setelah hanya dua tahun di Camp Nou.
Sisi lain kelam Maradona ini yang membuat banyak pihak enggan mengambil risiko dengannya sebelum Napoli mengambil perjudian tersebut.
"Saya pikir tak ada klub lain yang menginginkan jasanya," tutur Asif Kapadia, sutradara pemenang Oscar yang membuat film dokumenter mengenai Diego Maradona (2019).
Baca juga: Diego Maradona Meninggal, Argentina Terapkan Masa Berkabung Nasional
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan