KOMPAS.com - FIFPro (Federasi Pesepak Bola Internasional) kembali mengutarakan kekecewaan mereka terhadap kondisi pemotongan gaji yang dialami pemain-pemain di Indonesia di tengah pandemi virus corona.
Menurut FIFPro, langkah-langkah yang diambil sebelum keputusan pemotongan remunerasi pemain diambil sangat disayangkan.
Hal ini menjadi salah satu perhatian utama FIFPro dalam dialog bersama sejumlah jurnalis dari region Asia Tenggara termasuk KOMPAS.com pada Selasa (29/9/2020).
Nama Indonesia bahkan disebut beberapa kali oleh Sekretaris Jenderal FIFPro, Jonas Baer-Hoffman, dan Takuya Yamazaki, Chairman FIFPro Asia dalam sambutan mereka.
Baca juga: BREAKING NEWS, Liga 1 dan Liga 2 Resmi Ditunda Lagi hingga November
Keduanya menyinggung soal pemotongan gaji mencapai 75 persen pada awal-awal pandemi.
"Ini hal yang perlu kami hindarkan. Semua stakeholder perlu memikirkan masa depan sepak bola," tutur Baer-Hoffman dalam sambutan tersebut.
"Penting untuk adanya dialog konstruktif. Kita menghadapi perjuangan sulit kalau ada pemotongan gaji 75 persen secara unilateral. Indonesia perlu melakukan lebih."
Saat KOMPAS.com bertanya lebih lanjut apa yang FIFPro bisa bantu untuk membantu para pemain serta APPI (Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia), mereka pun mengutarakan pentingnya dialog kolektif dan badan sengketa NDRC (National Dispute Resolution Chamber).
Pemangkasan gaji ini banyak membuat pemain asing meninggalkan klub mereka. Namun, para pemain lokal tampak menerima kesepakatan ini walau dengan suara keberatan.
"Ada NDRC untuk melindungi diri dari peraturan sepihak. Kita melihat ada pelanggaran hak kontrak selama pandemi dan kita akan melihat hal sama setelah pandemi" tutur Baer-Hoffman.
Baca juga: Sikap Arema FC Terkait Penundaan Lanjutan Liga 1 2020
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan