PARIS, KOMPAS.com - Beberapa pekan sebelum laga kedua Liga Perancis musim 2020-2021, klub Paris Saint-Germain (PSG) dibikin kerepotan oleh penggawa-penggawanya yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Pekan kedua Liga Perancis yang mempertemukan Lens versus PSG, pada Jumat (11/9/2020) dini hari WIB, berakhir dengan kemenangan 1-0 untuk tim tuan rumah.
Pada laga itu, AFP menulis, sejatinya PSG tampil compang-camping.
Pasalnya, pelatih Thomas Tuchel setidaknya gagal memainkan tujuh penggawa andalannya.
Mereka adalah Kylian Mbappe, Marquinhos, Keylor Navas, Mauro Icardi, Leandro Paredes, Angel Di Maria, dan Neymar.
Baca juga: Neymar dan 5 Pemain Terpapar Virus Corona, PSG Tumbang setelah 314 Hari
"Para pemain terpapar Covid-19 dan menjalani karantina mandiri," kata pernyataan PSG.
Sudah barang tentu, terpaparnya para pemain oleh virus corona secara bersamaan membuat klub betul-betul kebingungan.
Selain menyiapkan protokol ketat penanggulangan corona, klub harus memantau betul pergerakan pemain selama karantina mandiri.
Hal ini dilakukan agar para pemain benar-benar bisa pulih sekaligus para pemain tidak menularkan virus mematikan itu kepada orang lain.
Pada sisi lain, kenyataan ini juga menjadi pembelajaran berharga bagi PSG, tulis media.
IoT
Memantau pergerakan orang terpapar corona pada sisi lain merupakan hal yang sulit, namun di sisi lain menjadi tantangan bagi Alamsyah Cheung.
Bagi Pendiri dan CEO Fox Logger Technology itu, di zaman digital seperti saat ini, pemantauan bisa dilakukan menggunakan piranti canggih digital yang menempel pada seseorang maupun sesuatu atau IoT.
Pemantauan dengan IoT itu dilakukan juga menggunakan platform digital pada ponsel.
"Di Indonesia, saya mencoba menyiapkannya dalam bentuk ID Card (kartu pengenal)," tuturnya dalam sebuah webinar dengan media pada Jumat (11/9/2020) pagi.
Menurut Alamsyah, IoT berbentu ID Card bisa digantungkan di leher penderita yang tengah melakukan karantina mandiri.
Ia memberi contoh, pihak rumah sakit atau bahkan Gugus Tugas Covid-19 sudah menyetel lokasi penderita.
"Misalnya di rumah yang bersangkutan," imbuh Alamsyah.
Dengan radius pantau hingga 200 meter dari rumah penderita, alarm pada IoT itu akan berbunyi jika penderita keluar rumah melampaui jarak itu.
"Pihak Gugus Tugas atau rumah sakit, kemudian, bisa mengontak yang bersangkutan dan memintanya kembali ke rumah," tutur Alamsyah.
Alamsyah melanjutkan pilihan pada IoT berbentuk ID Card punya kesan lain jika dibandingkan yang berbentuk gelang.
Di Singapura, IoT gelang dipakai untuk pemantauan penderita corona.
"Rasanya bagaimana gitu ya kalau berbentuk gelang?" ujarnya.
Berencana menuntaskan pembuatan IoT berbentuk ID Card berikut platform-nya pada Oktober 2020, Alamsyah memberikan harga per unit produknya di angka Rp 1,3 juta.
"Saya sangat ingin membantu Gugus Tugas Covid-19 untuk menanggulangi pandemi Covid-19 di Indonesia," pungkas Alamsyah Cheung berharap.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.