Persamaan berikutnya dari Leicester City dan Atalanta ialah keduanya gagal menyamai pencapaian Villareal (Spanyol) pada musim 2005-2006.
Pada Liga Champions musim 2005-2006, Villareal yang diarsiteki Manuel Pellegrini sukses menyingkirkan Glasgow Rangers dan Inter Milan di babak 16 besar dan perempat final untuk lolos ke semifinal di musim debut mereka.
Menariknya, kegagalan Leicester City dan Atalanta lolos ke semifinal diwarnai dengan skor yang sama.
Saat disingkirkan Atletico Madrid pada perempat final musim 2016-2017, Leicester City menyerah 0-1 pada laga leg pertama di Stadion Vicente Calderon.
Ketika berganti menjamu Atletico Madrid di Stadion King Power, Jamie Vardy dkk hanya bermain imbang 1-1.
Skor agregat 1-2 memastikan langkah Leicester City di Liga Champions musim itu berakhir.
Berbeda format dengan 2016-2017, perempat final musim 2019-2020 hanya memainkan satu laga pada setiap pertandingan babak delapan besar.
Asa Atalanta sempat membubung tinggi usai gol Mario Pasalic pada menit ke-27 memberikan keunggulan bagi klub asal Bergamo.
Baca juga: Atalanta Vs PSG - Rekor Dribel Neymar, Lewati Lionel Messi Musim Ini
Akan tetapi, Paris Saint-Germain sukses membalikkan keadaan melalui dua gol yang disumbangkan masing-masing oleh Marquinhos dan Eric Maxim Choupo Moting pada saat laga memasuki menit ke-90.
Saat wasit Anthony Taylor meniup peluit panjang di Stadion Estadio Da Luz, Lisbon, Portugal, skor 1-2 juga memastikan mimpi Atalanta sirna.
Keajaiban sepak bola pun menjadi benang merah bagi Paris Saint-Germain jika kita mengingat kembali Liga Champions 2016-2017.
Paris Saint-Germain yang nyaris tersingkir justru diselamatkan Dewi Fortuna di Lisbon lewat dua gol injury time babak kedua.
Hal sangat berbeda terjadi ke mereka pada 2016-2017.
Pada babak 16 besar, Paris Saint-Germain begitu perkasa pada leg pertama saat menghajar tim kuat Barcelona dengan skor 4-0 di kandang sendiri.
Namun, keberuntungan meninggalkan klub asal Paris tersebut pada leg kedua.