JAKARTA, KOMPAS.com - General Manajer Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia, Ponaryo Astaman, menyoroti pembahasan protokol kesehatan yang masih dalam proses finalisasi jelang bergulir kembalinya kompetisi di Tanah Air.
Dia menyebutkan bahwa masalah pembiayaan dan pertanggung jawaban protokol kesehatan harus mendapat perhatian khusus dari operator dan PSSI.
Hingga saat ini, Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan melandai.
Melihat fakta tersebut, Ponaryo Astaman mengatakan PSSI, PT LIB, maupun klub harus mengeluarkan usaha luar biasa untuk bisa melanjutkan kompetisi dalam kondisi sekarang ini.
Dia mengambil contoh bagaimana ketatnya Liga Jerman, Bundesliga, dalam penerapan protokol kesehatan hingga memberlakukan denda kepada pemain yang melanggar.
Baca juga: Ponaryo Astaman Cerita Julukan sebagai Mr Runners Up
NBA dan MLS, liga basket dan sepak bola profesional Amerika Serikat, sampai rela menyewa kompleks olahraga ESPN di Disneyland untuk menggelar pertandingan.
Protokol kesehatan ketat memastikan lalu-lintas orang dibatasi seminim mungkin.
Semakin tinggi upaya yang diberikan untuk menjaga protokol kesehatan itu, maka akan semakin besar pula pengeluarannya.
Bedanya, masalah keuangan masih menjadi masalah tersendiri di Indonesia.
“Nah, kalau di sepak bola kita, effort yang luar biasa itu menyangkut masalah bujet. Kenapa? Karena protokol kesehatan itu tidak murah,” kata mantan pemain Persija Jakarta ini saat webinar BincangBola.
“Sekali swab test kalau dihitung itu Rp 2 juta. Jumlah ini dikalikan 30 pemain karena kemungkinan tim luar Jawa ini akan membawa seluruh pemainnya, sehingga biaya menjadi Rp 60 juta. Itu baru satu kali swab, sedangkan swab itu harus dilakukan secara berkala,” imbuhnya.
Baca juga: Cerita Ponaryo Astaman Susah Tidur Saat Jadi Pelatih
Karena itu, Ponaryo Astaman berharap tingginya biaya ini bisa menjadi bahan pertimbangan PT LIB dan PSSI untuk menelurkan kebijakan dan masalah biaya serta keuangan ini menjadi masalah yang nyata.
“Bagiamana masalah teknis ini dibahas dan dituangkan menjadi sebuah regulasi. Bedanya di mana? Di klub, PT LIB, atau PSSI. Karena ini harus disepakati dahulu baru bisa jalan,” ucap mantan gelandang tangguh tersebut.
“Jangan sampai nanti ada klub yang mengakali swab test hanya karena masalah budget. Dampaknya akan sangat luar biasa kalau kecolongan satu pemain saja,” imbuhnya.
Ponaryo Astaman memang ingin masalah pembiayaan ini mendapatkan perhatian agar jangan sampai nanti ketika kompetisi bergulir protokol kesehatan yang seharusnya menyelamatkan justru menjadi beban bagi klub.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.