SURABAYA, KOMPAS.com - Sudah 93 tahun Persebaya Surabaya eksis meramaikan belantika sepak bola nasional. Selama 93 tahun pula Tim Bajul Ijo aktif berkontribusi membangun kultur dan budaya sepak bola Indonesia.
Kompas.com merangkum 5 pemain produk binaan Persebaya Surabaya yang mampu memberikan gebrakan di sepak bola nasional.
Pemain asal Jember ini begitu melekat dengan Persebaya Surabaya. Cerita perjuangannya dari seorang penjual es keliling di Stadion Gelora 10 November hingga berhasil menjadi bintang Bajul Ijo masih menjadi kisah inspiratif yang kerap diulang.
Bakat Andik Vermansah pertama kali diendus oleh SSB Suryanaga yang mengikuti kompetisi internal Persebaya Surabaya. Potensi dan dedikasi pemain kelahiran 23 November 1991 membuat pelatih SSB Suryanaga memasukkannya ke tim secara gratis.
Berkat kerja kerasnya dia berhasil naik ke Persebaya U18. Di sana dia berhasil menorehkan prestasi dengan membawa gelar juara kompetisi usia muda regional Jawa Timur tahun 2007.
Kariernya berjalan mulus setelah berhasil menembus skuad utama pada tahun 2008. Kala itu Andik Vermansah menjadi pemain termuda, 17 tahun.
Semenjak itu namanya terus melejit di belantika sepak bola nasional. Gaya bermainnya gesit dan "ngeyel", akselerasinya membuat banyak lawan kelimpungan.
Nama Andik Vermansah semakin dikenal setelah pertandingan antara Indonesia Selection dan LA Galaxy pada 2011.
Kecepatan Andik berhasil membuat David Beckham frustrasi. Sang legenda sepak bola Inggris pun terpaksa menjatuhkannya dengan tackle yang cukup keras. Sebagai permintaan maaf, mantan bintang Manchester United tersebut memberikan jerseynya.
Baca juga: Profil Andik Vermansah, Penjual Es yang Kini Melesat Jadi Bintang Sepak Bola
Konon kabarnya pada tahun tersebut kelincahannya cukup mendunia bahkan sampai terendus Inter Milan.
Tahun 2013 Andik Vermansah menjajaki karier di Malaysia bersama Selangor FA dan berhasil mempersembahkan gelar juara pada 2015. Mendapatkan perpanjangan kontrak hingga 2017 Andik menjadi pemain termahal di Indonesia kala itu.
Sementara di level Timnas Andik juga cukup menorehkan prestasi. Tercatat dia berhasil mempersembahkan medali Perak di SEA Games 2011, 2013, dan membawa Indonesia runner up Piala AFF 2016.
Di balik sosoknya yang karismatik, Hansamu Yama adalah seorang Bonek tulen. Sejak kecil dia sering pulang pergi Mojokerto-Tambaksari Surabaya untuk menyaksikan Bajul Ijo berlaga di Stadion Gelora 10 November bersama sang ayah.
Bahkan, dia menjadi saksi saat Persebaya Surabaya merengkuh gelar Liga Indonesia 2004 usai menumbangkan Persija di Tambaksari.
Kecintaan terhadap Persebaya Surabaya pula yang membuatnya meniti karier di salah satu tim internal Persebaya.
Menginjak SMA, Hansamu bergabung bersama SAD Indonesia atau Tim Deportivo Indonesia. Bersama SAD Indonesia dia semakin berkembang setelah digembleng program latihan yang diselenggarakan di Uruguay pada 2011-2013.
Baca juga: Hansamu Yama dan Virgil van Dijk Jadi Panutan Bek Garuda Select
Rampung menyelesaikan pendidikan, potensinya langsung dilirik oleh pelatih timnas Indonesia U19, Indra Sjafri.
Di tangan pelatih asal Sumatera Barat tersebut kematangan Hansamu melejit hingga menembus jajaran pemain elit Nasional di usia yang cukup muda.
Di level timnas pemain 25 tahun ini menorehkan prestasi membanggakan. Antara lain, ia menjuarai Piala AFF U19 2013, medali perunggu SEA Games 2017, dan runner up Piala AFF 2016.