BANDUNG, KOMPAS.com - Amsterdamsche Football Club (AFC) Ajax adalah "raja" di sepak bola Belanda.
Hingga saat ini, belum ada tim lain di Belanda yang bisa mengalahkan kesuksesan Ajax dalam urusan meraih gelar juara, baik di kompetisi domestik maupun Eropa.
Selain itu, Ajax juga dikenal sebagai tim dengan sistem pembinaan sepak bola yang bagus. Akademi sepak bola Ajax pun terkenal sebagai yang terbaik dan tersukses di dunia.
Alasannya, karena akademi Ajax banyak menelurkan pesepak bola berkualitas. Pemain seperti Johan Cruyff, Marco van Basten, Edwin van Der Sar, Edgar Davids, Wesley Sneijder, hingga Frankie de Jong adalah nama-nama pesepak bola tenar yang lahir dari pendidikan sepak bola di Akademi Ajax.
Bukan hanya itu, gaya permainan totaalvoetball atau total football, yang dikenal luas sebagai ciri khas permainan sepak bola Belanda, pun lahir dari Ajax. Taktik tersebut diperkenalkan oleh Rinus Michels saat membesut Ajax pada 1969.
Baca juga: Saat Persib Turut Bantu PSV Eindhoven Juara Liga Champions 1988...
Melalui taktik tersebut, Ajax pun menjelma sebagai kekuatan besar di sepak bola Belanda dan Eropa.
Hingga pada perhelatan Piala Dunia 1974, skema permainan total football diadopsi oleh timnas Belanda. Hingga sekarang, taktik tersebut menjadi ciri khas permainan timnas Belanda dan juga Ajax.
Nama besar dan reputasi yang baik membuat Ajax menjadi tim impian bagi sebagian besar pesepak bola belia di Negeri Kincir Angin itu. Hal tersebut diakui oleh Robert Rene Alberts, pelatih Persib Bandung yang pernah bermain untuk Ajax saat berkarier sebagai pesepak bola.
"Jadi, memang mimpi besar setiap anak muda di Belanda, terutama Amsterdam, adalah bermain untuk Ajax dan bermain di stadion bernama De Meer yang letaknya di sebelah timur Amsterdam," ungkap Robert, saat diwawancarai wartawan, belum lama ini.
Bahkan, sebelum merampungkan kepindahannya ke Juventus, salah satu produk terkenal dari akademi Ajax, Matthijs de Ligt, pernah mengatakan bahwa Ajax adalah klub impiannya sejak kecil.
De Ligt pun merasa senang karena dia bisa mewujudkan mimpinya hingga bisa berprestasi bersama klub berjulukan de Godenzonen itu.
Baca juga: Pernah Ditolak Persija dan Persib, Irfan Bachdim Ternyata Masih...
Mewujudkan mimpi bermain untuk Ajax tidaklah mudah. Diperlukan perjuangan yang keras. Bahkan, perjuangan tersebut dilalui ketika hendak masuk ke tim lintas usia Ajax.
Robert pun bercerita tentang pengalamannya menghadapi kerasnya persaingan untuk bisa membela Ajax.
Sejak kecil, Robert memiliki keinginan yang kuat untuk bisa membela Ajax, yang merupakan tim idolanya. Kesempatan tersebut datang pada 1966 ketika Robert genap berusia 12 tahun. Saat itu, Robert mengikuti seleksi terbuka yang diselenggarakan Ajax.
Ribuan pesepak bola muda yang memiliki mimpi yang sama dengan Robert pun hadir untuk mengikuti seleksi. Masing-masing dari mereka menunjukkan kemampuan olah bolanya di hadapan para pemandu bakat, pemain utama Ajax, dan legenda tim.