BANDUNG, KOMPAS.com - Persib Bandung merupakan salah satu tim di Indonesia yang cukup beruntung.
Dalam kiprahnya di sepak bola Indonesia, klub berjulukan Maung Bandung itu kerap mendapatkan kesempatan bertanding melawan tim besar Eropa.
Sejumlah klub besar asal Benua Biru, mulai Stade de Reims, AC Milan, hingga Ajax Amsterdam pernah dijajal kekuatannya oleh Persib.
Kecenderungannya, klub-klub tersebut datang ke Indonesia untuk menjalani persiapan dalam masa pramusim sebelum tampil di kompetisi.
Dari daftar tim besar Eropa yang pernah datang ke Indonesia dan menjajal kekuatan Persib, ada satu yang merasakan tuah positif karena prestasi yang diraihnya kemudian.
Kesebelasan tersebut adalah Philips Sport Vereniging (PSV) Eindhoven.
Baca juga: Kisah Wakil Persib Pertama yang Bela Timnas Indonesia
Pada musim panas 1987, PSV melakukan tur ke sejumlah negara Asia dalam masa persiapannya menghadapi kompetisi musim 1987-1988.
Bagi PSV, ini merupakan momen kedua mereka menyambangi Indonesia.
Sebelumnya, klub berjulukan The Rood Witten itu sempat bertandang ke Indonesia pada 1971 untuk menjajal kekuatan PSMS Medan, Persebaya Surabaya, dan timnas Indonesia.
Akan tetapi, pada lawatan keduanya ke Indonesia pada Juni 1987, PSV memilih Persib sebagai lawan uji tanding dalam turnya ke Indonesia.
Walau bukan berstatus sebagai juara kompetisi perserikatan musim sebelumnya, Persib tetaplah tim dengan nama besar.
Maka, status tersebut barangkali yang menjadi alasan PSV mau bertarung menghadapi Maung Bandung.
Baca juga: 4 Pemain Thailand yang Pernah Berkiprah dalam Kejayaan Persib Bandung
Pertandingan antara Persib vs PSV berlangsung di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, pada 11 Juni 1987. Laga tersebut mendapatkan atensi luar biasa dari publik sepak bola Bandung dan sekitarnya.
Pasalnya, PSV yang dilatih oleh Guus Hiddink menurunkan skuad terbaiknya dalam laga tersebut.
Nama-nama beken seperti Ruud Gullit, Ronald Koeman, hingga Rud Gijp diturunkan Hiddink sebagai starter.
Adapun Persib pemain-pemain seperti Ajat Sudrajat, Yudi Guntara, Dede Rosadi, Uut Kuswendi, dan "El Capitano" Adeng Hudaya diturunkan sebagai starter oleh pelatih Nandar Iskandar.
Baca juga: Pernah Ditolak Persija dan Persib, Irfan Bachdim Ternyata Masih...
Pertarungan dua tim beda kelas itu berlangsung sengit. Persib berupaya keras memberikan perlawanan ketat.
Bambang Sukowiyono bahkan mampu membuat Ruud Gullit tak berkutik. Jangankan untuk mencetak gol, untuk mendapatkan ruang bebas di area pertahanan Persib saja Gullit kesulitan.
Sayangnya, perbedaan kualitas kedua tim tampak begitu signifikan. Persib tidak bisa memberikan perlawanan sepanjang pertandingan. Setelah 10 menit laga berjalan, Persib kepayahan meladeni permainan taktis PSV.
Maung Bandung pun menyerah enam gol tanpa balas. Gol PSV masing-masing dibukukan Rud Gijp pada menit ke-9, E Vicool (15', 40', 53'), dan Jurie Koolhof (60',66').
Persib memang kalah telak, tetapi bukan berarti Maung Bandung kalah tanpa perlawanan.
Dalam buku Persib Undercover yang ditulis Aqwam Fiazmi Hanifan dan Novan Herfiyana disebutkan bahwa seusai laga, Guus Hiddink menyampaikan pujian terhadap permainan Persib.
Baca juga: Legenda Maung Bandung Kenang Pujian Fabio Capello Usai Laga Persib Vs AC Milan
Hiddink mengatakan, Persib sejatinya berpeluang untuk bisa lebih menyulitkan tim asuhannya, asal konsisten memperagakan pola permainan dengan operan pendek dari kaki ke kaki.
Hiddink pun mengaku kecewa saat Persib mulai menerapkan permainan dengan umpan panjang.
"Menghadapi lawan dengan pemain berpostur tinggi, kenapa mereka tidak bermain dengan bola pendek yang cepat saja?" kata Hiddink, seperti tertulis dalam buku Persib Undercover.
"Bantu" PSV juara Liga Champions
Pada musim 1987-1988, PSV menunjukkan performa impresif, baik di kompetisi domestik maupun Eropa.
Dalam kiprahnya di kompetisi lokal, The Rood Witten sukses meraih gelar ganda dalam ajang Eredivisie dan KNVB Cup.
Prestasi yang lebih membanggakan kemudian ditorehkan PSV di Piala Champions (Liga Champions). Mereka berhasil meraih gelar juara. Perjalanan PSV mencapai prestasi tersebut tidak didapat dengan mudah.
Sebab, mereka harus melewati hadangan tim-tim besar Eropa, seperti Galatasaray, Bordeaux, dan Real Madrid. Pada laga final, PSV berhasil mengalahkan Benfica melalui babak adu penalti dengan skor 6-5 (0-0).
Baca juga: Pelatih PSV Eindhoven: Senang Melihat Wajah-wajah Tersenyum Itu Lagi
Hingga saat ini, gelar juara Liga Champions pada musim 1978-1988 menjadi yang pertama dan satu-satunya yang diraih PSV.
Bila melihat runutan perjalanan PSV dalam meraih treble winner pada musim 1978-1988, secara tidak langsung ada peran Persib yang juga turut "membantu" kesuksesan tersebut.
Biar bagaimanapun, uji tanding yang dilakoni PSV menghadapi Persib merupakan salah satu rangkaian persiapan mereka pada masa pramusim sebelum menghadapi kompetisi musim 1978-1988.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.