KOMPAS.com - Kapten Liverpool, Jordan Henderson, mengaku pernah takut sampai berkeringat saat masih membela Sunderland.
Momen itu terjadi ketika Sunderland masih dilatih legenda sekaligus eks kapten Manchester United, Roy Keane.
Roy Keane menjadi pelatih Sunderland pada periode September 2006 hingga Desember 2008.
Di sisi lain, Henderson merupakan pemain asli didikan Sunderland dan baru menorehkan debut di tim utama pada 2008.
Baca juga: Liverpool Belum Layak Disebut Tim Terbaik dalam Sejarah Liga Inggris
Saat masih bermain di tim cadangan Sunderland, Henderson dan rekan-rekannya pernah dipanggil Roy Keane seusai kalah dari tim kasta kelima Liga Inggris.
Reputasi Roy Keane yang sangat keras saat masih menjadi pemain membuat Henderson gugup ketika dipanggil.
"Kami sebenarnya bermain sangat bagus melawan Gateshead. Namun, kami tetap kalah 0-2 saat itu," ujar Henderson yang dikutip dari situs Daily Mail.
"Saya tidak yakin Roy Keane datang dan menyaksikan pertandingan itu. Mungkin staf pelatih lain yang memberi tahu Roy Keane. Kami kemudian tiba-tiba dipanggil untuk menemui Roy Keane," ujar Henderson.
"Bisa Anda bayangkan, kami baru saja kalah 0-2 dan pelatih seperti Roy Keane sudah menunggu kami di ruangannya," tutur Henderson menambahkan.
Baca juga: Jordan Henderson Ungkap Kekalahan yang Jadi Motivasi Liverpool Juarai Liga Champions
Henderson mengaku masih mengingat setiap detail pertemuan dengan Roy Keane saat itu.
Pasalnya, momen itu membuat Henderson ketakutan sampai berkeringat ketika Roy Keane mulai bertanya ke semua pemain satu persatu.
"Kami saat itu berada di ruangan dan duduk membentuk setengah lingkaran. Roy Keane kemudian mulai berjalan menghampiri semua pemain," kata Henderson.
"Saya yang saat itu masih muda mulai berkeringat dan berpikir 'Tolong, jangan menghampiri saya'," ujar Henderson.
"Saat menghampiri saya, Roy Keane tiba-tiba bertanya kepada semua pemain. Dia meminta pendapat apakah saya layak atau tidak bermain di tim utama," tutur Henderson.
"Saya kemudian tiba-tiba menjawab 'Iya' meski saat itu saya sangat berkeringat dan gugup," ucap Henderson menambahkan.
Mengingat momen itu, Henderson menilai jawaban 'Iya' untuk pertanyaan Roy Keane adalah salah satu titik baliknya di Sunderland.
Henderson menilai Roy Keane mungkin terkesan dengan jawaban itu sehingga memberinya kesempatan debut di tim utama Sunderland.
Baca juga: Georginio Wijnaldum Akui Kualitas Jordan Henderson sebagai Kapten Liverpool
Pemain asal Inggris itu mengaku bersyukur pernah dilatih Roy Keane karena mendapat banyak pelajaran terutama soal mental bertanding.
"Saya tampil buruk saat kami kalah. Namun, Anda bisa melihat bagaimana reaksi saya yang terus berlari sepanjang laga dan mencoba membuat tim bangkit. Saya pikir Roy Keane menyukai itu," tutur Henderson.
"Beberapa hari setelah pertemuan itu, saya dipanggil ke tim utama dan diberi kesempatan debut," ujar Henderson.
"Roy Keane memberi saya kesempatan. Saya mungkin tidak bisa menjadi pemain seperti sekarang tanpa kesempatan yang diberi Roy Keane," tutur Henderson menambahkan.
Di tim utama Sunderland, Henderson sudah tampil sebanyak 79 kali di semua kompetisi dengan sumbangan lima gol dan 11 assist.
Henderson kemudian pindah ke Liverpool pada 2011 dengan biaya transfer sebesar 18 juta euro atau setara Rp 286 miliar.
Meski kualitasnya sempat diragukan hingga hampir dijual, Henderson memutuskan tetap bertahan di Liverpool.
Kesetiaan Henderson di Liverpool membuatnya ditunjuk menjadi kapten untuk menggantikan Steven Gerrard pada 2015.
Baca juga: Cerita Steven Gerrard Saat Pertama Bertemu Jordan Henderson di Liverpool
Tahun terbaik Henderson di Liverpool adalah 2019 ketika memimpin tim meraih tiga gelar juara sekaligus yakni Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.
Musim ini, Henderson berpeluang menciptakan sejarah sebagai kapten pertama Liverpool yang mengangkat trofi juara Liga Inggris era Premier League.
Peluang itu terbuka karena Liverpool saat ini memimpin klasemen Liga Inggris dengan koleksi 82 poin dari 29 laga.
Liverpool untuk sementara unggul 25 angka dari Manchester City di urutan kedua yang baru bermain 28 kali.
Dengan kondisi itu, Liverpool hanya butuh dua kemenangan lagi atau enam poin dari sembilan laga tersisa untuk mengunci gelar juara Liga Inggris.
Terdekat, Liverpool akan bertandang ke markas Everton, Stadion Goodison Park, untuk melakoni laga pekan ke-30 Liga Inggris, Minggu (21/6/2020).
Liverpool bisa juara dengan hanya mengalahkan Everton jika empat hari sebelumnya Man City kalah saat menghadapi Arsenal, Kamis (17/6/2020).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.