KOMPAS.com - Final Liga Champions 2005 antara Liverpool dan AC Milan menjadi salah satu duel yang tak terlupakan dalam sejarah sepak bola Eropa.
Dalam laga yang digelar di Stadion Olimpiade Ataturk, Istanbul, Turki, 25 Mei 2005 itu, Liverpool berhasil memetik kemenangan dramatis atas AC Milan.
Kala itu, Liverpool yang tampil di final dengan modal menjanjikan setelah menaklukkan Juventus dan Chelsea, justru harus tertinggal lebih dulu di babak pertama.
Tak tanggung-tanggung, mereka tertinggal dengan skor cukup telak, 0-3.
Salah satu pemain Liverpool, Jamie Carragher, bahkan mengaku sempat putus asa dengan situasi tersebut.
"Mimpi saya telah berubah menjadi debu. Saya tidak lagi memikirkan permainan saat itu. Saya sangat menyesal," ucap Carragher, dikutip dari AFP.
Baca juga: Kaka Enggan Sebut Final Liga Champions 2007 sebagai Ajang Balas Dendam
Hal serupa juga dirasakan Steven Gerrard, kapten Liverpool dalam laga tersebut.
Dia merasa tak mampu membendung kualitas sederet pemain AC Milan pada babak pertama.
"Kualitas Andrea Pirlo, Clarence Seedorf dan Kaka membuat kami tercabik-cabik," tulis Gerrard dalam buku autobiografinya.
Namun, Gerrard tak larut dalam perasaan kecewa itu. Ada satu hal yang kemudian membuat pemain legendaris asal Inggris ini mulai bangkit, yakni sikap salah satu pemain AC Milan, Gennaro Gattuso.
Di mata Gerrard, Gattuso bersikap seolah laga sudah berakhir ketika berhasil unggul 3-0 pada babak pertama.
Gerrard pun tak terima dengan sikap pemain asal Italia itu dan bertekad mengembalikan rasa hormat dari skuad AC Milan.
"Anda bisa tahu dari sikap Gennaro Gattuso, dia pikir ini sudah berakhir. Kemudian, yang saya pikirkan saat itu hanyalah, 'bagaimana kami mendapatkan sedikit kebanggaan dan rasa hormat kembali?'" ungkap Gerrard.
Baca juga: UEFA Pertimbangkan Final Four Liga Champions di Istanbul
Tekad dari Gerrard pun berhasil mengangkat mental rekan-rekannya.
Setelah memasuki babak kedua, keajaiban terjadi. Liverpool hanya membutuhkan enam menit (54'-60') untuk menyamakan kedudukan.