BANDUNG, KOMPAS.com - Di sepak bola Indonesia, nama Persib Bandung harum dikenal sebagai tim besar dan berprestasi. Klub berjulukan Maung Bandung itu mampu mengoleksi tujuh gelar juara kompetisi, lima di kompetisi Perserikatan dan dua gelar juara Liga Indonesia.
Koleksi trofi Persib hanya kalah dari Persija Jakarta yang sudah mencatatkan 11 gelar juara liga, dan Persebaya Surabaya Surabaya dengan delapan kali juara.
Artinya, Persib adalah tim dengan koleksi trofi terbanyak ketiga di kompetisi nasional.
Meski tercatat sebagai salah satu tim tersukses di Indonesia, bukan berarti Persib tak pernah mengalami masa sulit nan suram.
Pada era Liga Indonesia, Maung Bandung pernah dua kali terpuruk di papan bawah klasemen kompetisi hingga menghadapi ancaman degradasi.
Nestapa pada musim 2003
Setelah meraih gelar juara pada Liga Indonesia edisi pertama musim 1994-1995, prestasi Persib mengalami kemerosotan. Mereka harus mengalami puasa gelar dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Pada Liga Indonesia 2003, sebuah gebrakan dilakukan pengurus Persib, dengan menunjuk Marek Andrzej Sledzianowski sebagai pelatih anyar.
Pelatih asal Polandia ini tidak datang sendiri, dia mengajak serta empat pemain dari negaranya ke Persib.
Keempat pemain tersebut adalah Maciej Dolega, Piotr Orlinski, Mariusz Mucharski, dan Pavel Bochian. Keempat pemain tersebut pun tercatat sebagai pemain asing angkatan pertama di tim Persib.
Baca juga: Persib Ungguli Klub Top Liga Inggris soal Interaksi di Facebook
Dari keempat pemain tersebut, Bochian menjadi pemain pertama yang terdepak.
Dia dipulangkan karena regulasi pemain asing di Liga Indonesia saat itu hanya memperbolehkan setiap klub untuk menggunakan jasa tiga pemain asing.
Gebrakan yang dilakukan pengurus Persib saat itu tak lain bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Maung Bandung.
Ada harapan, para pemain dan pelatih asing yang didatangkan ke Bandung mampu mengangkat prestasi Persib.
Sayang, harapan tinggallah harapan, alih-alih berprestasi atau bersaing di papan atas, Persib justru terpuruk di jurang degradasi.
Maung Bandung bahkan sempat menelan 12 kekalahan beruntun yang membuat mereka terlempar ke posisi juru kunci.
Tak puas dengan pencapaian tersebut, manajemen Persib kemudian memecat Marek, sebelum putaran pertama berakhir. Pada jendela transfer paruh musim, giliran Orlinski, Dolega, dan Mucharski yang terdepak dari skuad.
Sebagai gantinya, pengurus Persib menunjuk pelatih asal Chile bernama Juan Antonio Paez untuk menggantikan posisi Marek.
Baca juga: Siapa Pemain Asing Persib Pertama yang Cetak Hattrick?
Sementara pos yang ditinggalkan oleh tiga pemain Polandia itu digantikan oleh trio pemain asing asal Chile; Alejandro Tobar, Claudio Lizama dan Rodrigo Lemunao (kemudian dicoret dan digantikan ole Rodrigo Sanhueza).
Perombakan tersebut memang memberikan dampak positif bagi performa Persib.
Lambat laun, Maung Bandung bangkit dan mampu meninggalkan posisi juru kunci. Kendati demikian, bayang-bayang degradasi belum sepenuhnya lepas.
Pada akhir kompetisi Persib hanya mampu menduduki posisi ke-16 dengan 45 poin dari 38 laga.
Setidaknya, Persib bisa bernafas lega karena asa untuk bertahan di divisi utama masih ada melalui babak playoff promosi dan degradasi.
Persib tampil trengginas pada babak playoff yang diselenggarakan di Solo.
Maung Bandung berhasil mencatatkan dua kemenangan atas Persela Lamongan dan PSIM Mataram.
Pada laga pamungkas, mereka bermain imbang 4-4 dengan Perseden Denpasar.
Hasil tujuh poin sudah cukup membuat Persib bertahan di kompetisi divisi utama Liga Indonesia.
Kesempatan kedua
Setelah nestapa yang terjadi pada 2003, performa Persib pada musim-musim berikutnya terbilang stabil.
Meski belum mampu meraih gelar juara, setidaknya tim beralias Pangeran Biru itu mampu bersaing di papan atas.
Hingga pada Liga Indonesia musim 2006, performa Persib kembali mengalami turbulensi parah. Seperti mengalami dejavu, Maung Bandung kembali terseok-seok dalam perjalanannya mengarungi kompetisi.
Pada dua laga awal menghadapi PSIS Semarang dan Persijap Jepara, pil pahit harus ditelan Persib. Padahal, dua laga tersebut digelar di kandang mereka, Stadion Siliwangi.
Bobotoh yang kecewa kemudian melakukan demonstrasi dan menuntut agar pelatih Persib saat itu, Risnandar Soendoro, mundur dari jabatannya.
Tuntutan bobotoh kemudian dipenuhi, Risnandar pun mundur, posisinya digantikan oleh pelatih asal Moldova, Arcan Iurie.
Baca juga: Preview UFC 249, 5 Hal Menarik Soal Tony Ferguson
Sayang, Iurie belum mampu mengangkat performa Persib. Pada akhir kompetisi Maung Bandung tidak beranjak dari zona degradasi.
Melihat posisi Persib saat itu, Maung Bandung sudah hampir dipastikan terdegradasi ke divisi I. Namun Persib benar-benar dinaungi keberuntungan.
Pada 27 Mei 2006, Yogyakarta diterpa gempa bumi hebat.
Bencana tersebut membuat dua tim asal Yogyakarta yang mentas di divisi utama, PSIM dan PSS Sleman memutuskan mundur dari kompetisi.
Situasi tersebut kemudian membuat PSSI bersimpati. Mereka akhirnya membuat kebijakan untuk meniadakan aturan degradasi. Untuk kali kedua, Persib selamat dari ancaman degradasi.
***
Kompetisi musim 2003 dan 2006 tak dimungkiri menjadi masa suram Persib di pentas sepak bola Indonesia.
Dua kali hampir terdegradasi setidaknya menjadi pelecut bagi Persib untuk berbenah pada musim-musim berikutnya.
Hingga akhirnya, Persib pun mencapai era keemasan tatkala mampu merajai sepak bola Indonesia pada medio 2014 hingga 2015.
Dalam kurun waktu tersebut, tiga gelar juara berhasil dicatatkan Persib; juara Liga Super Indonesia (LSI) 2014, Piala Walikota Padang 2015, dan Piala Presiden 2015.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.