JAKARTA, KOMPAS.com - Penghentian kompetisi Liga 1 dan Liga 2 imbas dari pandemi virus corona tidak hanya dirasakan oleh para tim, pelatih dan klub.
Absensi sepak bola turut mempunyai dampak besar ke orang-orang yang hidup dari sepak bola itu sendiri.
Hal ini dirasakan Randi, pria yang berprofesi sebagai kameramen freelance PT GTS (Gelora Trisula Semesta).
Sejak masa tanggap darurat diberlakukan, Randi mengaku kehilangan sebagian besar pendapatannya.
“Pasti berpengaruh, kami tidak ada syuting sepak bola karena kompetisi dihentikan. Status saya sebagai freelance, jadi ya kerasa,” katanya kepada Kompas.com.
Baca juga: Jadi Gol Terbaiknya, Bek Persija Kenang Momen Saat Bobol Gawang AC Milan
Demi memenuhi kebutuhannya saat ini, penggemar Inter Milan tersebut bergantung pada usaha barbershop yang ia rintis di sela-sela kesibukannya menjadi kameramen.
Sejauh ini, usaha sampingannya tersebut cukup untuk membiayai biaya hidup dan juga membayarkan kewajiban bulanann selama kompetisi dihentikan.
Awalnya, usaha potong rambut tersebut hanya selingan, tetapi dia melihat ada peluang yang bisa dimanfaatkan di masa pandemi ini.
Randi pun memutuskan untuk fokus untuk pada usahanya tersebut.
“Saat pandemi ini saya open booking order untuk wilayah Jakarta Selatan, Bintaro, Ciputat dan Pamulang. Saya datang ke klien mencukur dengan standar yang higienis,” ucap bapak tiga anak ini.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.