LAMONGAN, KOMPAS.com - Dari sederet nama julukan tim sepak bola, Persela Lamongan memilki julukan cukup menarik. Selain karena menggunakan nama tokoh sejarah, julukan ini juga menimbulkan perdebatan.
Julukan Persela Lamongan, Laskar Joko Tingkir, terdiri dari dua bagian.
Pertama adalah Laskar yang berarti tentara, kelompok, atau pasukan. Kedua adalah Joko Tingkir sebuah tokoh legenda tanah Jawa.
Jika dijabarkan secara harfiah, Laskar Joko Tingkir bermakna Pasukan Joko Tingkir.
Menariknya, cerita sejarah Joko Tingkir lebih banyak berpusat pada Kerajaan Demak yang berlokasi di Jawa Tengah.
Baca juga: Solidaritas Covid-19, Persela Lamongan Lelang Koleksi Bersejarah
Bahkan, Joko Tingkir adalah raja pertama Kerajaan Pajang (peralihan kekuasaan dari kerajaan Demak) yang berpusat di sekitar Surakarta sekitar 250 kilometer dari Lamongan.
Dari sini kemudian muncul banyak pertanyaan. Mengapa Persela Lamongan memutuskan menggunakan tokoh dari daerah lain sebagai simbol identitas?
Padahal menurut sejarah, Lamongan juga memiliki tokoh pejuang dalam diri Angling Dharma.
Tidak ada hal salah apabila Persela Lamongan menggunakan julukan Laskar Angling Dharma, yang saat ini digunakan oleh Persibo Bojonegoro.
Selain Angling Dharma, Lamongan juga terkenal dengan Sunan Drajat. Bahkan, sempat ada gerakan untuk menggemakan julukan Laskar Sunan Drajat.
Namun, julukan tersebut kurang berkembang karena tidak begitu populer di masyarakat.
Berdasarkan buku Menegaskan Identitas Kami oleh Miftahkhul Fahamsyah jawabannya ada di titik balik kebangkitan Persela Lamongan pada tahun 2000-an.
Baca juga: Serukan Physical Distancing, Lele Persela Lamongan Lepas?
Pada beberapa dekade awal kelahirannya, Persela Lamongan bukanlah tim yang bisa dibilang menonjol.
Prestasinya cenderung landai bahkan sempat mati suri.
Pada awal dekade 2000 Persela Lamongan hidup kembali berkat dukungan dari Bupati Lamongan saat itu, Masfuk.