KOMPAS.com - Salah satu klub asal Jerman, RB Leipzig, berhasil menorehkan catatan impresif selama keberjalanan kompetisi musim 2019-2020.
Saat ini, skuad asuhan Julian Nagelsmann sedang menempati peringkat ketiga klasemen Bundesliga dan berhasil memastikan satu tempat di perempat final Liga Champions.
Namun, di balik raihan tersebut, terdapat sejarah menarik di balik markas kebanggannya, Red Bull Arena.
Stadion berkapasitas 41.939 kursi yang diresmikan pada tahun 2004 itu menjadi salah satu lapangan sepak bola paling top di Jerman.
Baca juga: Aksi Solidaritas 4 Klub Bundesliga di Tengah Krisis akibat Virus Corona
Sebelum sebesar sekarang, tepatnya pada tahun 1867, Red Bull Arena hanya dikenal sebagai fasilitas olahraga kecil yang terletak di Leipzig, Sachsen, Jerman.
Kemudian, pada awal abad ke-20, baru lah muncul rencana untuk membangung stadion yang lebih besar.
Akan tetapi, sejumlah peristiwa di dunia saat itu menjadi penghalang dalam proses mewujudkannya.
Pasca-perang dunia kedua, kembali muncul upaya dari pemerintah baru untuk membangun stadion sepak bola berkapasitas 100.000 kursi yang dilengkapi dengan kompleks olahraga.
Setelah proses pembangunan rampung, sejarah mencatatkan, Zentralstadion (nama stadion saat itu) menggelar pertandingan pertamananya pada Agustus 1956.
Secara rutin, stadion selalu terisi dengan kapasitas penuh hingga menorehkan catatan kehadiran penonton terbanyak yang diklaim masih bertahan sampai hari ini.
Baca juga: Bundesliga Baru Akan Kembali Paling Cepat pada Mei 2020
Berselang 38 tahun kemudian, kejadian yang tidak diharapkan menimpa klub penghuni Zentralstadion saat itu, Vfb Leipzig (sebelumnya dikenal sebagai FC Lokomotive Leipzig).
Klub utama kebanggan publik Leipzig itu gagal bertahan di divisi utama musim 1993-1994 dan harus terdegradasi ke divisi kedua.
Momentum buruk itu sekaligus membuat skuad Vfb Leipzig meninggalkan stadion dan membiarkannya tanpa penghuni.
Sempat terbengkalai, harapan kembali muncul setelah pemerintah Jerman berkomitmen untuk membangun kembali stadion demi kepentingan gelaran akbar Piala Dunia 2006.
Guna mengakomodasi hal tersebut, stadion lama dihancurkan dalam rangka modernisasi lapangan.
Baca juga: Timnas Jerman Sumbang Rp 42 Miliar untuk Perangi Virus Corona
Tanpa meghapus sejarah dan jejak tradisi yang telah terukir sebelumnya, pengembang datang dengan rencana cerdik.
Mereka berniat untuk membangun stadion baru dengan wajah atau konstruksi lama. Dalam balutan arsitektur stadion sebelumnya, arena baru terlahir.
Sesuai dengan niat awal pemerintah Jerman, stadion tersebut menjadi panggung tiga pertandingan Piala Konfederasi 2005 dan lima pertandingan Piala Dunia 2006.
Baca juga: Mengenal Olympiastadion Berlin, Stadion Milik Hertha Berlin
Pada tahun 2010, menindaklanjuti perjanjian awal dengan pihak sponsor, stadion ini berganti nama menjadi Red Bull Arena dan menjadi markas RB Leipzig yang baru dibentuk satu tahun sebelumnya.
Klub yang tergolong baru ini merintis perjuangan menuju kompetisi tertinggi Liga Jerman dari level terendah.
Mereka mencapai berhasil Bundesliga 2 pada tahun 2015 dan divisi utama pada tahun 2016.
Sejak itu, RB Leipzig secara konsisten selalu menjual habis tiket pertandingan di Red Bull Arena, baik pada kompetisi domestik maupun antar-klub Eropa.
Saat ini, pihak klub sedang dalam proses merenovasi dan memperluas Red Bull Arena dengan konstruksi yang diharapkan selesai pada tahun 2024 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.