Kasper Schmeichel Sumbang Hampir 400 Juta Rupiah untuk Lawan Pandemi Virus Corona

KOMPAS.com - Kiper Leicester City, Kasper Schmeichel, telah mengirimkan donasi sebesar 20 ribu pounds atau hampir 400 juta rupiah kepada yayasan amal bernama Age UK yang membantu komunitas lokal Leicester melawan pandemi virus corona.

Age UK merupakan yayasan yang membantu para warga senior yang paling rentan terhadap penyebaran Covid-19.

Anak legenda Manchester United, Peter Schmeichel, ini memberikan sumbangannya pada hari Kamis.

"Sekarang, lebih dari sebelum-sebelumnya, yayasan amal seperti Age UK memerlukan bantuan kita. Mari kita lakukan semuanya untuk melindungi orang-orang usia lanjut," tutur Schmeichel seperti dikutip dari Leicester Mercury.

Baca juga: Setelah Pemerintah Turun Tangan, Liga Turki Akhirnya Mau Berhenti

Yayasan amal ini akan memakai sumbangan sang kiper untuk membantu warga usia lanjut di Leicester dan di region Leicestershire.

Pemerintah Inggris telah menghimbau mereka yang di atas 70 tahun untuk melakukan isolasi mandiri.

"Kami baru saja mendapatkan telepon dari Kasper Schmeichel yang menyumbangkan 20.000 pound ke Age UK Leicester Shire & Rutland untuk mendukung respon lokal kami ke pandemi virus corona," tutur yayasan amal tersebut.

"Sumbangan Kasper akan menghadirkan paket bantuan, panggilan telepon, dan kunjungan ke rumah orang-orang usia lanjut pada masa menantang ini. Sungguh jiwa yang peduli dan berpikir terhadap komunitas!"

Baca juga: EKSKLUSIF - Usaha Klub LaLiga Akhiri Cedera di Sepak Bola

Menurut data dari Pusat Sistem Sains dan Teknik Universitas Johns Hopkins per Jumat (20/3/2020) pagi WIB, ada 2.716 kasus positif Covid-19 dengan 137 angka kematian.

Namun, data resmi pemerintah Inggris menunjukkan angka 3.269 kasus terkonfirmasi pada waktu sama.

Pemerintah Inggris sejauh ini belum menerapkan lockdown baik di ibu kota London atau seluruh negeri.

Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan pada Kamis bahwa ada "nol persen prospek" larangan bepergian dari dan keluar London.

Ia juga mengatakan bahwa tak ada "rencana" untuk menutup jaringan transportasi di kota paling sibuk di Inggris tersebut.