Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Alsadad Rudi
REPORTER

Memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap dunia olahraga dan transportasi perkotaan.

Benarkah dari 250 Juta Penduduk Indonesia, Tak Ada 11 Orang yang Bisa Bermain Bola?

Kompas.com - 10/03/2020, 06:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Rafli adalah remaja asal Enrekang, Sulawesi Selatan, daerah yang berjarak sekitar 225 kilometer dari Ibu Kota Provinsi, Makassar.

Rafli adalah pemain PSM U16 saat berlaga di kompetisi Elite Pro Academy U-16 tahun 2019 silam. Ia adalah top skor turnamen tersebut dengan torehan 14 gol.

Prestasi tersebut yang membuatnya langsung masuk radar tim pencari bakat sampai akhirnya diikutsertakan dalam program Garuda Select.

Rafli adalah pemain yang masuk PSM karena kebetulan.

Dalam sebuah turnamen, tim yang dibelanya berjumpa dengan tim junior PSM.

Pertemuan itulah yang membuat bakat Rafli terendus. Jadi, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi seandainya Rafli dan tim lamanya tidak bertemu PSM.

Bisa jadi, bakat besarnya itu tak pernah diketahui banyak orang.

Timo berujar faktor kebetulan itulah yang tidak terjadi di Jerman.

Menurut dia, Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) punya tim yang khusus untuk mencari bakat-bakat terbaik yang ada di negara tersebut, bahkan hingga ke pelosok negeri.

Ia berujar DFB menerapkan sistem yang baik hingga tidak ada satu pun pemain berbakat yang lepas dari pantauan.

Atas dasar itu, Timo tak setuju dengan celetukan bahwa Indonesia tak punya 11 orang yang bisa diandalkan untuk bermain sepak bola.

Baca juga: Budaya Sehari-hari Orang Indonesia yang Tak Cocok Diterapkan di Sepak Bola

"Bukannya tidak ada, melainkan karena tidak dicari," ujar Timo yang juga fasih berbahasa Jawa itu.

Ucapan Timo mungkin ada benarnya jika berkaca pada cerita dua juru taktik lokal yang berpengalaman dalam mencari pemain muda berbakat, Indra Sjafri dan Fakhri Husaini.

Pada Oktober 2018, Fakhri sempat mengeluhkan minimnya kompetisi usia dini di Indonesia.

Fakhri mengaku sempat datang ke salah satu provinsi dan berbincang dengan pelaku sepak bola yang ada di sana.

Dari informasi yang ia peroleh, turnamen pemain usia muda hanya marak jelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada).

"Kompetisinya ada setiap empat tahun sekali. Awalnya, saya mengira mau mengikuti waktu Piala Dunia, tetapi ternyata buat pilkada. Jadi, kalau sudah mau pilkada, baru ada kompetisi," ucap Fakhri saat kunjungannya ke kantor Redaksi Tabloid Bola, Palmerah, Jakarta, Kamis (4/10/2018).

Baca juga: Sepak Bola Filipina, Dulu Dipermak 1-13, Kini Sudah Ungguli Indonesia

Pelatih Tim Nasional Indonesia U-16 Fakhri Husaini saat berkunjung ke kantor redaksi Tabloid Bola, Palmerah, Jakarta, Kamis (4/10/2018).Kompas.com/Alsadad Rudi Pelatih Tim Nasional Indonesia U-16 Fakhri Husaini saat berkunjung ke kantor redaksi Tabloid Bola, Palmerah, Jakarta, Kamis (4/10/2018).

Fakhri sempat mengapresiasi turnamen-turnaman usia muda yang diadakan pihak swasta, salah satunya Liga Kompas Gramedia.

Namun, ia menilai turnamen seperti itu hanya terbatas di kota-kota besar, khususnya di Pulau Jawa.

Karena itu, Fakhri sempat mengusulkan agar setiap provinsi mengadakan turnamen yang diikuti minimal 10 klub saja.

Jika masing-masing klub diisi minimal 15 pemain, akan ada 150 pemain yang ada di provinsi tersebut.

Baca juga: Timnas Indonesia Kalah Lagi, Salah Siapa?

Jika dikalikan 34 provinsi, ada potensi Indonesia akan memiliki pasokan pemain muda berkualitas yang berlimpah untuk kebutuhan tim nasional.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Juventus Catat Rekor Buruk, Allegri Salahkan Gaya Tiki-taka

Juventus Catat Rekor Buruk, Allegri Salahkan Gaya Tiki-taka

Liga Italia
Man City Vs Chelsea, Pesan Pochettino untuk Cole Palmer

Man City Vs Chelsea, Pesan Pochettino untuk Cole Palmer

Liga Indonesia
Respons Bhayangkara FC soal Dugaan Match Fixing dan Penyelidikan Satgas Antimafia Bola

Respons Bhayangkara FC soal Dugaan Match Fixing dan Penyelidikan Satgas Antimafia Bola

Liga Indonesia
Prediksi Persib Bandung Vs Persebaya, David da Silva Bisa Menggila, Rotasi…

Prediksi Persib Bandung Vs Persebaya, David da Silva Bisa Menggila, Rotasi…

Liga Indonesia
Prediksi Skor Manchester City Vs Chelsea Semi Final FA Cup

Prediksi Skor Manchester City Vs Chelsea Semi Final FA Cup

Liga Inggris
Link Live Streaming Timnas Indonesia Vs Yordania di Piala Asia U23

Link Live Streaming Timnas Indonesia Vs Yordania di Piala Asia U23

Timnas Indonesia
PSSI Terbuka untuk Emil Audero Bela Timnas Indonesia, Tanpa Paksaan

PSSI Terbuka untuk Emil Audero Bela Timnas Indonesia, Tanpa Paksaan

Internasional
Nagelsmann Perpanjang Kontrak Bersama Jerman hingga Piala Dunia 2026

Nagelsmann Perpanjang Kontrak Bersama Jerman hingga Piala Dunia 2026

Internasional
IBL 2024, Kesuksesan Prawira Bandung Lakukan Revans Atasi Bali United

IBL 2024, Kesuksesan Prawira Bandung Lakukan Revans Atasi Bali United

Sports
Man City vs Chelsea: Haaland Diragukan untuk Tampil di Semi Final

Man City vs Chelsea: Haaland Diragukan untuk Tampil di Semi Final

Liga Inggris
Hasil dan Klasemen Liga Italia: Lazio Berjaya, Juventus Seri, Inter Masih di Puncak

Hasil dan Klasemen Liga Italia: Lazio Berjaya, Juventus Seri, Inter Masih di Puncak

Liga Italia
Hasil Cagliari vs Juventus 2-2: Nyonya Tua Kebobolan Dua Gol dari Penalti

Hasil Cagliari vs Juventus 2-2: Nyonya Tua Kebobolan Dua Gol dari Penalti

Liga Italia
MU Umumkan Kedatangan Jason Wilcox, Kejar Standar Performa Tertinggi

MU Umumkan Kedatangan Jason Wilcox, Kejar Standar Performa Tertinggi

Liga Inggris
Timnas U23 Jepang dan Arab Saudi Lolos ke Babak Knockout

Timnas U23 Jepang dan Arab Saudi Lolos ke Babak Knockout

Internasional
Klub Liga Belanda Vitesse Diganjar Pengurangan 18 Poin, Degradasi Pertama Setelah 35 Tahun

Klub Liga Belanda Vitesse Diganjar Pengurangan 18 Poin, Degradasi Pertama Setelah 35 Tahun

Liga Lain
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com