KOMPAS.com - Sudah lebih dari 10 bulan Tottenham Hotspur menempati stadion barunya.
Namun, hingga kini tak ada tanda-tanda adanya kerja sama untuk penamaan stadion tersebut.
Mulai secara resmi digunakan pada 3 April 2019, stadion baru Tottenham berdiri di atas lahan stadion lama, White Hart Lane yang dirubuhkan pada 2016 silam.
Dengan dana pembangunan mencapai 1 miliar poundsterling atau sekitar Rp 18 triliun, stadion megah tersebut menjadi yang terbesar ketiga secara kapasitas di Inggris, setelah stadion nasional Wembley dan Old Trafford milik Manchester United.
Sejak awal diresmikan, Tottenham memang tak menyematkan nama khusus untuk stadion berkapasitas 62.000 tempat duduk itu.
Mengikuti tren saat ini, manajemen The Lilywhites memang menginginkan stadion diberi nama sesuai keinginan pihak yang bersedia menjadi sponsor.
Menurut Telegraph, Chairman Tottenham, Daniel Levy memasang harga mencapai 25 juta poundsterling, atau setara sekitar Rp 445 miliar per tahun.
Selain harga, Levy menginginkan komitmen 15 tahun, yang berarti pihak klub bisa mendapatkan total dana mencapai 375 juta poundsterling, atau setara sekitar Rp 6,6 triliun.
Jika terealisasi, hak penamaan stadion Tottenham akan menjadi yang terbesar dalam sejarah dunia olahraga.
Baca juga: Stadion Baru Tottenham Hotspur Tak Ramah Pengguna Mobil Pribadi
Nilainya bahkan mengalahkan Scotiabank Arena, kandang milik klub basket NBA, Toronto Raptors yang nilainya 24,4 juta poundsterling, atau setara Rp 434 miliar per tahun.
Di sepak bola Inggris, hak penamaan stadion dengan nilai terbesar masih dipegang kandang Manchester City, Stadion Etihad, yang nilainya mencapai 21,9 juta poundsterling atau setara sekitar Rp 389 miliar per tahun.
Terlalu besarnya nilai yang dipatok Levy itulah yang dinilai membuat ia justru kesulitan menemukan mitra untuk bekerja sama.
Memang, selain unggul dalam kapasitas, stadion baru Tottenham punya sejumlah fasilitas yang mengalahkan kandang klub-klub Inggris lainnya.
Namun, Levy sepertinya lupa dan cenderung tak tahu diri dengan klub yang dipimpinnya itu.
Meski musim lalu berhasil masuk final Liga Champions, Tottenham sejatinya sudah lama tak mengecap gelar juara.