Pada 2013 silam, Bepe sempat menyinggung mengenai kondisi tersebut dalam sebuah tulisan berjudul "Karma Sepak Bola Indonesia".
Menurut Bepe, terlalu seringnya timnas berganti pelatih menjadi faktor yang kerap dilupakan banyak orang.
Pasalnya, saat timnas tidak berprestasi, kebanyakan orang akan langsung menyebut iklim kompetisi di negeri ini yang kurang sehat dan profesional, kurang diperhatiakannya pembinaan usia dini yang berjenjang dan berkesinambungan, hingga amburadulnya sistem organisasi di PSSI.
Baca juga: Bepe Sebut Orang Indonesia Suka yang Instan, Termasuk Prestasi
Bepe menilai memang banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan timnas. Namun, salah satu yang paling disoroti adalah seringnya pergantian pelatih.
"Di antara banyak faktor tersebut, ada satu yang sering kali luput dari perhatian kita. Adakah di antara kita yang berpikir bahwa salah satu faktor yang membuat tim nasional Indonesia gagal adalah terlalu seringnya terjadi pergantian pelatih tim nasional?" ucap Bepe.
Sebagai contoh, Bepe menyinggung mengenai pergantian pelatih timnas hingga 15 kali hanya dalam waktu 15 tahun.
Ia memulainya sejak tahun 1998 saat perhelatan Piala Tiger (nama lama Piala AFF) tahun 1998, hingga 2013, atau setahun setelah ia memutuskan pensiun dari timnas.
Dalam kurun waktu tersebut, tercatat ada 12 orang pelatih yang sempat membesut timnas.
Menurut Bepe, terlalu seringnya timnas Indonesia berganti pelatih tentu berbeda dengan yang diterapkan timnas Singapura.
Ia menyebut sejak 2003 hingga 2013, timnas Singapura hanya dilatih oleh satu orang, yakni Radojko Avramovic.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.