JAKARTA, KOMPAS.com - Ada yang berbeda dari unggahan Instagram milik Bambang Pamungkas pada Selasa (17/12/2019) kemarin.
Unggahannya berisi momen perpisahan Bepe, sapaannya, dari dunia sepak bola profesional.
Bepe mengakhiri kariernya sebagai pemain sepak bola saat laga pekan ke-33 Liga 1 2019 antara Persija Jakarta vs Persebaya Surabaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa malam.
Usai pertandingan, akun Instagram Bepe membuat unggahan yang tak biasa dari unggahan-unggahan yang ada sebelumnya, yakni bisa dikomentari pengguna Instagram yang lain.
Sebagai informasi, Bepe diketahui sudah sejak lama menutup kolom komentar di akun Instagramnya.
Ia tak menyebutkan pasti kapan mulai melakukannya. Jika ditelusuri, unggahan terakhir Bepe di Instagram yang masih bisa dikomentari adalah unggahannya pada tanggal 26 Februari 2017.
Pada 28 Februari 2017, unggahannya sudah tidak lagi memuat kolom komentar sampai akhirnya tiba momen ia memutuskan pensiun pada 17 Desember kemarin.
Baca juga: Bepe Pensiun, yang Tak Ingin Ada Bambang Pamungkas Selanjutnya...
Pada Juni 2019, Bepe sempat membeberkan alasannya tak membuka kolom komentar di akun Instagramnya.
Salah satu hal yang disinggungnya adalah keengganannya untuk memfasilitasi kebencian.
"Banyak orang yang kecewa, dan kemudian bertanya kepada saya. Pertanyaannya kira-kira begini, 'kenapa sih komentar di Instagramnya ditutup?'. Jawaban 'asal' sekena saya biasanya begini, 'dibuka agar apa?'. Pertanyaan yang saya jawab dengan pertanyaan, biar cepat saja pikir saya," kata Bepe melalui blog pribadinya.
"Namun, dengan semakin seringnya saya mendapat pertanyaan seperti di atas, maka saya pikir sudah saatnya bagi saya untuk menjawab pertanyaan tersebut, dengan sedikit lebih serius. Dan jawaban saya adalah, "saya tidak ingin memfasilitasi kebencian'," tulis Bepe.
Menurut Bepe, akun media sosial para publik figur biasanya tidak cuma diikuti oleh orang-orang yang menyukai publik figur tersebut, tetapi juga orang-orang yang berada di posisi sebaliknya.
"Fakta mengatakan mereka yang 'mengintili' Anda itu, belum tentu lho semua menyukai Anda. Bisa jadi mereka mengikuti Anda hanya untuk menunggu momen kapan Anda melakukan kesalahan," kata Bepe.
"Ketika itu terjadi, mereka dengan amunisi lengkap (lock and loaded) akan menyerang Anda dengan 'tjara seksama, dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja," ucapnya.
Bepe menilai banyak pengguna media sosial yang suka cari perhatian. Mereka biasanya rela mencaci orang lain, bahkan biasanya publik fugur yang diikutinya. Tujuannya, hanya untuk mendapat perhatian.
Baca juga: Kiprah Bambang Pamungkas Berseragam Persija Jakarta
"Anehnya, ketika si publik figure tersebut terpancing dan membalas, maka balasan itu akan di-capture, dan disimpan sebagai favorit. Ada kebanggaan di sana. Mereka ini orang-orang yang sakit, dan yang model begini ini berserakan di mana-mana," ucap Bepe.
"Karena setiap publik figure (termasuk pesepak bola) itu memiliki basis pendukung sendiri, maka ketika si publik figure tersebut diserang, secara otomatis akan ada pasukan yang dengan senang hati membela. Nah di sinilah letak permasalahannya," kata dia.
Menurut Bepe, debat kusir antara pihak yang membela maupun membenci biasanya disertai dengan bahasa-bahasa yang kurang pantas. Situasi inilah yang dianggapnya bisa berujung merebaknya virus kebencian.
"Pada titik inilah akhirnya saya memutuskan untuk menutup komentar di akun Instagram saya. Saya kok jadi merasa bersalah karena turut andil dalam memfasilitasi kebencian," kata pemain yang identik dengan nomor 20 itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.