JAKARTA, KOMPAS.com - Popularitas olahraga tinju di Indonesia bisa dibilang tengah meredup.
Legenda tinju Indonesia, Chris John, bahkan mengakui hal tersebut. Salah satu indikator yang jelas terlihat adalah mulai jarangnya ada siaran langsung laga tinju di televisi.
Meredupnya dunia tinju tentu kontras dengan mulai populernya seni beladiri campuran (MMA).
Meski meredup di dalam negeri, bayaran para petinju di level dunia disebut masih lebih besar dari MMA.
Hal itu dilontarkan Managing Director Mahkota Promotion, Urgyen Rinchen Sim, selaku promotor dari petinju juara dunia asal Indonesia, Daud Yordan.
Urgyen menyampaikan hal tersebut saat dimintai komentarnya mengenai popularitas MMA yang mulai menggerus popularitas tinju di Indonesia.
Urgyen menilai mulai meredupnya popularitas tinju tak ada kaitannya dengan MMA. Sebab ia menilai kedua cabang olahraga tersebut punya segmen pasarnya masing-masing.
Baca juga: Di Tengah Maraknya Ajang MMA, Chris John Yakin Tinju Tetap Digemari
"Menurut saya tidak ada pengaruh karena masing-masing punya pasar sendiri, masing-masing punya segmen sendiri, masing-masing punya hype sendiri," kata Urgyen saat kunjungan Daud Yordan ke Menara Kompas, Jumat (22/11/2019).
Urgyen tak menyebutkan nominal bayaran Daud, atau membandingkannnya dengan bayaran petarung MMA dalam negeri.
Ia mengambil contoh bayaran yang diterima petinju kondang Floyd Mayweather Jr dengan dua petarung kondang UFC, Conor McGregor atau pun Khabib Nurmagomedov.
Semasa masih aktif, Mayweather kerap mendapat bayaran mencapai 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,3 triliun hanya untuk sekali tanding.
"Dia satu-satunya di tinju yang bisa menghasilan 100 juta dollar dalam 36 menit. Walaupun cuma satu, tetapi itu rekor," ujar Urgyen.
Menurut Urgyen, McGregor dan Khabib tak pernah menerima bayaran mencapai nominal sebesar Mayweather.
Ia juga berujar bahwa di bawah Mayweather, masih banyak petinju yang juga menerima bayaran dengan nominal lumayan besar.
"(Manny) Pacquiao jangan tanya lagi, 20 (juta dollar AS) itu kecil. (Oscar) De La Hoya 35. Berarti kan industrinya ada," ucap Urgyen.