KOMPAS.com - Sudah bukan rahasia lagi jika Premier League, kasta teratas Liga Inggris, dianggap kompetisi paling kompetitif di Eropa bahkan dunia.
Persaingan di Liga Inggris terus mengalami kemajuan dari istilah "big four" hingga kini menjadi "big six". Istilah itu menjadi representasi tim kuat favorit juara di Liga Inggris.
Di La Liga, kasta teratas Liga Spanyol, publik lebih mengenal dengan dominasi Barcelona dan Real Madrid.
Namun, jika melihat persaingan di papan klasemen musim ini, La Liga terbilang lebih ketat daripada Liga Inggris.
Hingga pekan ke-13, jarak Barcelona sebagai pemimpin klasemen dengan Valencia di urutan kesembilan hanya lima poin.
Baca juga: Demi Barcelona, Neymar Tolak Perpanjang Kontrak di PSG
Jarak pemimpin klasemen dengan tim peringkat sembilan di musim ini menjadi yang terendah dalam sejarah La Liga.
Rekor sebelumnya adalah enam poin yang terjadi pada musim 1998-1999 saat Barcelona menjadi juara.
Hal ini bertolak belakang dengan yang terjadi di Liga Inggris. Hingga pekan ke-12, Liverpool masih sangat mendominasi.
Liverpool yang belum terkalahkan memimpin dengan koleksi 34 angka atau meraup 94 persen dari poin yang tersedia.
Sementara itu, Barcelona hanya memiliki persentase 66 persen perolehan poin di musim ini. Jumlah itu menjadi yang terendah dari lima liga top Eropa, termasuk Premier League.
Di Liga Italia, Juventus memperoleh 88 persen poin, Paris Saint-Germain di Liga Perancis 77 persen, dan Borussia Monchengladbach 75 persen di Liga Jerman.
Rendahnya perolehan poin Barcelona sebagai pemuncak klasemen membuat La Liga di musim ini menjadi kompetisi paling kompetitif di Eropa.
Baca juga: Mauricio Pochettino Dirumorkan Akan Geser Posisi Valverde di Barcelona
Menilik ke belakang, ketatnya kompetisi La Liga musim ini tidak lepas dari peraturan soal finansial yang diterapkan sejak 2013.
Salah satu terobosan La Liga adalah membagi rata pendapatan hak siar televisi kepada 18 klub peserta pada tahun 2015.
Sebelum peraturan ini diberlakukan, pendapatan Barcelona dan Real Madrid dari hak siar televisi mencapai 150 juta euro atau setara Rp 2,342 triliun per musim menurut Bloomberg.