Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iwan Bule, Polisi, dan Harapan Jadwal Liga 1 yang Lebih Baik

Kompas.com - 05/11/2019, 08:20 WIB
Alsadad Rudi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi induk sepak bola di Tanah Air, PSSI, resmi punya pemimpin baru.

Dia adalah Komisaris Jenderal Mochamad Iriawan. Mantan Kapolda Metro Jaya ini terpilih dengan perolehan suara mutlak dalam Kongres Luar Biasa PSSI yang digelar di Jakarta, Sabtu (2/11/2019).

Dalam sejarahnya, PSSI sudah berulang kali dipimpin oleh sosok jenderal. Namun, ada yang berbeda dengan Iriawan.

Pria yang akrab disapa Iwan Bule ini adalah jenderal polisi pertama yang menduduki jabatan tertinggi di PSSI.

Sebelumnya, belum pernah ada Ketua Umum PSSI yang berasal dari institusi Bhayangkara, institusi yang punya peran penting dalam berjalannya roda kompetisi di Indonesia.

Baca juga: Saat Pesepak Bola Diperlakukan Seperti Pemain Sinetron Stripping

Bukan rahasia lagi, jadwal penyelenggaraan pertandingan sepak bola di Indonesia kerap berantakan, tak terkecuali di Liga 1 yang merupakan kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air.

Penyebab paling sering dari kacaunya jadwal Liga 1 adalah laga-laga yang harus tertunda karena tak mendapat izin dari pihak kepolisian.

Jadwal liga yang berantakan bisa dibilang sangat mempengaruhi penampilan tim nasional Indonesia di level internasional, terutama menyangkut kebugaran pemain.

Hal itulah yang tak henti-hentinya dikeluhkan pelatih timnas, Simon McMenemy, bahkan sejak sebelum dimulainya Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Pelatih timnas Indonesia, Simon McMenemy, saat mendampingi timnya dalam laga melawan Malaysia, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/9/2019).Kompas.com/Garry Lotulung Pelatih timnas Indonesia, Simon McMenemy, saat mendampingi timnya dalam laga melawan Malaysia, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/9/2019).

Menurut McMenemy, kondisi fisik pemain timnas terkuras akibat jadwal kompetisi yang tidak ideal.

McMenemy pun meminta kepada para pemegang kebijakan sepak bola nasional untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan tersebut.

Pasalnya, McMenemy pun mengaku tak punya jawaban pasti terkait kondisi fisik jika semua pihak tak menuntaskannya secara bersama.

"Piala Dunia adalah kompetisi terbesar di dunia, jadi pemain hanya punya 60-70 persen kondisi fisik saat membela timnas di ajang itu," kata McMenemy.

"Saya rasa kami harus duduk bersama untuk mengevaluasi ini supaya tidak terjadi lagi," ujar McMenemy melanjutkan.

Ucapan McMenemy bisa jadi bukan omong kosong belaka. Pasalnya, bukan dia sendiri yang mengeluhkan kondisi tersebut.

Baca juga: Timnas Indonesia Kalah Lagi, Salah Siapa?

Pelatih Persija Jakarta, Edson Araujo Tavares (kiri), memberi arahan kepada Marko Simic (kanan) saat pertandingan Persija vs Semen Padang FC, di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (16/10/2019).ANTARA FOTO/FAKHRI HERMANSYAH Pelatih Persija Jakarta, Edson Araujo Tavares (kiri), memberi arahan kepada Marko Simic (kanan) saat pertandingan Persija vs Semen Padang FC, di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (16/10/2019).

Sejak jauh-jauh hari, sudah ada banyak pelatih klub Liga 1 yang mengeluhkan kondisi yang sama. Keluhan terbaru bahkan datang dari pelatih baru Persija, Edson Tavares.

Dikutip dari laman ANTARA, Tavares mengingatkan kepada pengurus baru PSSI periode 2019-2023 bahwa tidak akan pernah ada tim nasional sepak bola yang tangguh tanpa adanya klub kuat.

Menurut pelatih asal Brasil itu, salah satu cara untuk menghasilkan klub berkualitas tinggi adalah dengan membuat jadwal liga yang terstruktur dan memerhatikan kondisi fisik para pemain.

Di Indonesia, lanjut pria yang memulai karier sebagai juru taktik sejak tahun 1982 itu, pertandingan liga khususnya Liga 1 terlalu padat. Para pemain mudah kelelahan dan cedera, apalagi jarak lokasi pertandingan berjauhan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com