KOMPAS.com - Sepak bola Tanah Air, terutama timnas senior masih jauh dari kata prestasi.
Namun, berbarengan dengan minimnya pretasi para seniornya, nasib berbeda dirasakan oleh generasi bawahnya.
Sejumlah sukses diraih tim usia muda Indonesia itu meliputi tim pelajar U-15 binaan Kemenpora yang baru saja menjadi juara di ajang International Football Championship (IFC) 2019 di Bali, Jumat (25/10/2019).
Sebelum itu, beberapa tim usia muda Indonesia juga mencatat sukses di turnamen internasional, Gothia Cup China, Borneo Cup, Singa Cup, dan sebagainya.
Baca juga: Kongres Pemilihan PSSI Diklaim Sudah Diakui FIFA
Meski demikian, sistem pembinaan sepak bola Indonesia khususnya usia muda dinilai pengamat Mohamad Kusnaeni masih perlu dibenahi.
Salah satunya, lanjut pria yang akrab disapa Bung Kusnaeni ini, dengan mengimplementasikan konsep JOSS.
"Di usia muda, potensi pemain kita memang sangat menjanjikan," kata Kusnaeni.
"Tapi kita perlu benahi lagi dengan konsep JOSS agar mereka tidak hanya sukses di usia muda tapi terus berlanjut hingga ke jenjang senior," tambah kandidat Wakil Ketua Umum dan Anggota Exco dalam Kongres PSSI, 2 November 2019 mendatang ini.
Konsep JOSS yang dimaksud Kusnaeni terdiri dari empat fokus yang mendapat penekanan khusus.
Baca juga: Hasil Sidang Komdis PSSI, Persija Dihukum Akibat Ulah Suporternya
Pertama, huruf 'J', mengandung makna jenjang pembinaannya harus lengkap dan tertata dengan baik.
"Kita perlu memastikan bahwa pembinaan usia muda ini memiliki jenjang yang utuh dan tidak terputus sejak usia dinia, usia muda, hingga senior," ujar dia.
"Tak boleh ada kelompok usia yang lowong alias tidak memiliki kompetisi karena itu akan mempengaruhi minat dan perkembangan kemampuan anak-anak kita," sambungnya.
Saat ini, kata Kusnaeni, hampir semua kelompok umur sejak U-9 hingga U-18 memang sudah ada kompetisinya.
"Namun sebarannya belum merata dan terlalu terpusat di Jawa," kata pria yang terkenal sebagai komentator sepak bola ini.
Baca juga: Soal Luis Milla, Menpora Akan Bicara dengan PSSI
"Menjadi tugas bidang pembinaan usia muda PSSI untuk menggairahkan kompetisi kelompok umur di luar Jawa karena potensi pemain cukup banyak di sana," tandas dia.
Kedua, huruf 'O' bermakna orientasi pembinaan usia muda harus mengutamakan karier pemain.
Baginya, ada salah kaprah di mana banyak orang tua dan pembina yang tidak sabaran dan terlalu memaksakan anak-anak agar cepat menuai prestasi di usia dini.
"Padahal, pembinaan usia dini dan usia muda itu sebuah proses mengasah potensi pemain untuk mencapai tujuan sebenarnya: jadi pemain berkualitas saat menginjak usia senior nanti," ungkap Bung Kusnaeni.
Akibat orientasi pembinaan yang salah, banyak pemain usia muda terlalu cepat matang namun kemudian layu dan jenuh di usia senior.
Baca juga: Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Risma Beri Imbauan untuk Bonek
"Ini harus diluruskan. Ke depan, event usia muda juga harus menjauhkan diri dari kebiasaan menawarkan iming-iming hadiah uang sebagai daya tarik," kata dia.
"Ini kurang mendidik, lebih baik diapresiasi dengan bentuk lain," tambahnya.
Fokus ketiga, 'S' yang berarti sinergi semua unsur.
"Saya selalu mengatakan bahwa pembinaan usia muda itu berat di ongkos. PSSI tidak mungkin melakukannya sendirian," bebernya.
"Jadi, harus dikeroyok bersama Pemerintah, swasta, komunitas sepak bola, masyarakat, keluarga, dan lain-lain," kata dia menjabarkan.
Baca juga: Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ini Sejarahnya...
Selain itu, fokus PSSI juga mengarah pada kompetisi kompetisi usia muda yang mendekati usia senior.
Sementara usia muda di bawahnya, termasuk usia dini, digarap stakeholders yang lain.
"Di kelompok usia bawah ini, PSSI fokus sosialisasi Filanesia, memperbanyak pelatih muda berlisensi, dan aktif menggandeng Pemerintah Pusat maupun Daerah untuk pengembangan sarana bermain bola yang layak," ujar dia.
"Sekarang ini, masih sangat terbatas lapangan latihan untuk anak-anak kita," tandas Kusnaeni.
Sedangkan huruf 'S' terakhir bermakna stop pencurian umur.
Baca juga: Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Menpora Video Call Sekjen PSSI
"(pencurian umur) ini permasalahan klasik yang mungkin tak akan pernah selesai. Tapi kita harus tekun dan terus berupaya mengatasi," yakin Kusnaeni.
Menurut dia, aksi pencurian umur dalam pembinaan usia muda tidak hanya berdampak terhadap mutu kompetisi usia muda.
"Lebih parah lagi, ini merusak mental pemain itu sendiri. Sebab, sejak kecil, ia sudah diajari sesuatu yang salah dan itu akan terbawa terus sampai ia dewasa," tandas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.