Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suporter Brutal, Jadwal Liga Berantakan, Timnas Babak Belur

Kompas.com - 17/09/2019, 19:40 WIB
Alsadad Rudi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada 25 September 2018, seorang suporter Persija Jakarta bernama Haringga Sirla tewas dikeroyok sekelompok oknum suporter Persib Bandung menjelang laga lanjutan Liga 1 2018 antara kedua tim di Stadion Gelora Bandung Lautan Api.

Tewasnya Haringga, yang sebenarnya sudah kesekian kalinya terjadi di persepakbolaan Indonesia, memantik keprihatinan banyak pihak. Bahkan, sampai-sampai Liga 1 2018 sempat diberhentikan sementara.

Banyak pihak yang menginginkan agar kasus Haringga menjadi pelajaran dan instrospeksi agar kejadian serupa tak terulang lagi.

Namun, nyatanya, tak sampai setahun setelah tewasnya Haringga, kekerasan di sepak bola Indonesia kerap saja terjadi, walaupun tak ada yang berujung maut.

Kerusuhan suporter bahkan langsung mewarnai laga pembukaan Liga 1 2019 antara PSS Sleman vs Arema FC di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Mei 2019.

Kejadian-kejadian serupa terus terjadi dalam beberapa bulan setelahnya, di antaranya adalah pelemparan bus pemain Persija oleh oknum suporter PSM Makassar di sekitar area Stadion Andi Mattalatta, Mattoangin, Makassar, akhir Juli 2019.

Baca juga: PT LIB Segera Tindak Lanjuti Kasus Penyerangan Bus Persib

Kasus kekerasan akibat tindakan suporter itu bahkan terjadi dalam selang waktu yang tidak relatif lama.

Pada 5 September, oknum pendukung timnas Indonesia menyerang tribune suporter Malaysia saat laga kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Kericuhan bahkan berlanjut di luar stadion pascalaga yang berakhir dengan kemenangan 3-2 untuk timnas Malaysia itu.

Pada 14 September, bus yang ditumpangi pemain Persib dilempari batu oleh orang tak dikenal seusai laga tim tersebut melawan PS Tira Persikabo, di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor.

Kasus kekerasan yang sudah kesekian kalinya terjadi di persepakbolaan Indonesia itu pun mengundang keprihatinan banyak pihak, salah satunya pesepak bola senior, Bambang Pamungkas.

Melalui Instagramnya, Bepe, sapaan Bambang, menyayangkan kasus pelemparan bus ke pemain Persib.

Baca juga: Terkait Penyerangan Bus Persib, Jakmania Bantah Terlibat

Dari unggahan Bepe, ada beberapa hal yang disorot olehnya, salah satunya potensi sulitnya mendapat izin penyelenggaraan pertandingan.

"Coba bayangkan, jika dikarenakan tindakan suporter tersebut membuat ijin keamanan, dan penyelenggaraan pertandingan sepak bola menjadi sulit didapat?" tulis Bepe.

"Atau dikarenakan sepak bola sudah dianggap menjadi aktifitas yang membahayakan masyarakat, maka pemerintah mencabut rekomendasi liga, sehingga dengan sangat terpaksa liga harus dihentikan?" lanjutnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

???????? . Setelah sebelumnya menimpa @persijajkt, sekarang giliran bis yang membawa tim @persib_official, mengalami pelemparan batu oleh oknum suporter hingga mengalami luka-luka. . Saya sependapat dengan @appi_info, jika kejadian ini harus segera direspon secara tegas dan keras oleh @officialpssi (PSSI), operator liga, dan juga Kepolisian. Karena apapun alasannya, kekerasan dalam ruang lingkup sepak bola sudah tidak dapat ditoleransi lagi. . Musim ini Persija Jakarta dan Persib Bandung telah mengalami tindakan kekerasan oleh oknum suporter. Jika tidak ada tindakan tegas dari pihak-pihak yang terkait, saya khawatir hal ini akan terus berulang dan menimpa tim-tim yang lain. . Fanatisme suporter di Indonesia memang luar biasa, ini adalah aset yang sangat berharga bagi sepak bola kita. Namun jika hal tersebut sudah malampaui batas, maka dapat berujung anarkis, dan pada akhirnya akan merugikan kita semua. . Coba bayangkan: . Jika dikarenakan tindakan suporter tersebut membuat ijin keamanan, dan penyelenggaraan pertandingan sepak bola menjadi sulit didapat? . Atau dikarenakan sepak bola sudah dianggap menjadi aktifitas yang membahayakan masyarakat, maka pemerintah mencabut rekomendasi liga, sehingga dengan sangat terpaksa liga harus dihentikan? . Jika amit-amit sampai begitu, siapa yang kemudian dirugikan? Pernahkah itu terpikir di benak kita? . Secara prestasi sepak bola Indonesia ini belum memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Jadi jangan lagi ditambah dengan hal-hal yang sifatnya memperburuk citra sepak bola Indonesia. . Saya masih percaya jika kita semua adalah orang-orang beradab. Maka dari itu mari kita hentikan kebiasaan buruk ini. . We are so much better than this ????? . #PesepakbolaBersatu #UntukSepakbolaIndonesiaYgLebihDewasa #UntukSepakbolaIndonesiaYgLebiBaik . Tetap Semangat dan Sukses Selalu ????? . ••••

A post shared by ~ Bambang Pamungkas ~ (@bepe20) on Sep 15, 2019 at 7:43pm PDT

Jika merunut ke belakang, izin penyelenggaraan pertandingan sepak bola Indonesia memang tergolong sulit diperoleh.

Suatu pertandingan bisa tak mendapat izin saat personel kepolisian sedang sibuk dalam pengamanan kegiatan kamtibmas lainnya.

Contohnya, kompetisi Liga 1 2019 saja dimulai setelah perhelatan Pemilihan Presiden dan Pemilihan Umum usai.

Pada November 2018, Persija gagal mendapat izin pertandingan melawan PS Tira di Kota Bekasi karena kepolisian setempat sedang ada agenda Operasi Mantap Brata dan Operasi Zebra.

Pada awal Agustus, Perseru Badak Lampung FC gagal mendapat izin pertandingan melawan Persela Lamongan saat bersamaan sedang ada Pekan Raya Lampung.

Baca juga: Terkait Ekshibisi Lawan Persija, PSIS Tunggu Izin Kepolisian

Padahal, berkaca di Inggris, sebuah pertandingan tidak perlu mendapat pengamanan ketat kepolisian jika statusnya masih dalam kategori A.

Prosedur keamanan di Inggris memiliki sejumlah basis kategori, dimulai dari kategori A untuk yang minim resiko kerusuhan, dan C+ untuk yang paling tinggi resiko.

Untuk kategori A, pengamanan suatu pertandingan tidak membutuhkan banyak personel kepolisian. Bahkan, polisi tidak diperlukan di salam stadion demi mengamankan pertandingan.

Berbeda dengan pertandingan kategori C+. Di Inggris, jenis-jenis laga yang masuk kategori C+ adalah Manchester United vs Manchester City, Liverpool vs Manchester United, ataupun Arsenal vs Tottenham Hotspur.

Sejumlah personel polisi berjaga mengamankan pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara tim nasional Indonesia vs Malaysia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/9/2019) malam.KOMPAS.com/BM Wahanaputra Ladjar Sejumlah personel polisi berjaga mengamankan pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara tim nasional Indonesia vs Malaysia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/9/2019) malam.

Sulitnya Izin Berpengaruh ke Jadwal Liga

Penyelenggaraan pertandingan yang sangat bergantung pada izin kepolisian ini jadi kesulitan tersendiri dalam penyusunan jadwal kompetisi.

Hal itu diakui PT Liga Indonesia Baru selaku operator Liga 1.

Manajer Kompetisi PT LIB, Asep Saputra mengaku menyusun jadwal yang teratur memang jadi tantangan tersendiri.

Salah satu penyebabnya adalah durasi waktu untuk berjalannya kompetisi yang tergolong mepet.

Menurut Asep, idealnya kompetisi berlangsung selama sembilan bulan.

Namun, Liga 1 2019 tidak mendapatkan izin dari kepolisian untuk dimulai sebelum selesainya Pemilihan Umum Presiden yang digelar April lalu.

Baca juga: Saat Pesepak Bola Diperlakukan Seperti Pemain Sinetron Stripping

Di sisi lain, kompetisi sudah harus berakhir pada 22 Desember. Pada perkembangannya, Liga 1 2019 akhirnya baru dimulai pada bulan Mei.

Dengan demikian, PT LIB hanya punya waktu tujuh bulan untuk menyelesaikan seluruh pekan pertandingan yang mencapai 34 pekan.

"Kami sebenarnya sempat menawarkan agar selesainya liga dimundurkan ke Januari atau Februari (2020). Namun, semuanya tetap sepakat untuk selesai di 22 Desember," kata Asep saat ditemui di Kantor PT LIB, Jakarta, Senin (2/9/2019).

Liga 1 2019 kini baru memasuki paruh kedua saat sebagian besar liga di kawasan Asia, termasuk Asia Tenggara, sudah hampir rampung dan memiliki juara.

Sementara itu, di Indonesia, karena harus menggelar 34 pekan pertandingan hanya dalam waktu sekitar tujuh bulan, LIB mau tidak mau harus memadatkan pertandingan.

Akibatnya, pekan pertandingan yang satu ke yang lain hampir tak memiliki jarak. Imbasnya, pemain yang menjadi korban.

Jarak antara pertandingan yang satu ke pertandingan berikutnya menjadi hanya sebentar. Stamina pemain terkuras. Hal inilah yang dikeluhkan banyak pelatih klub.

Baca juga: Keluhkan Jadwal Padat Persija, Kolev Sebut Barcelona Pun Tak Sanggup

Asep mengakui, kondisi yang terjadi saat ini membuat PT LIB menjadi sasaran kritikan dari klub karena menyangkut ke kebugaran pemain.

Namun, Asep menilai pihaknya sudah berupaya mengatur sedekian rupa agar para pemain memiliki waktu rehat yang cukup.

"Misalnya, kita berupaya jangan sampai ketika sudah main Senin, Kamis dia harus main lagi. Itu juga masih dibilang tidak manusiawi," kata Asep.

Lebih lanjut, Asep menyebut pihaknya sebenarnya juga punya penyusunan jadwal yang dinilai sudah ideal, yakni tiap pekan hanya digelar dari Jumat sampai Senin.

Asep menargetkan pola penjadwalan seperti itu bisa diterapkan pada musim depan.

PT LIB menargetkan Liga 1 2020 dimulai pada Maret dan berakhir pada November. Dengan demikian, timnas Indonesia punya persiapan menghadapi Piala AFF pada akhir tahun.

Untuk mensukseskan rencana tersebut, PT LIB sudah berkonsultasi dengan pihak kepolisian sejak jauh hari.

"Untuk tahun depan tantangan kita Pilkada Serentak dan PON. Tapi mudah-mudahan sudah jauh lebih ideal. Harapan kita tentu saja ingin startnya bisa dimulai tepat waktu pada bulan Maret," pungkas Asep.

Baca juga: Kritik Jadwal, Pelatih Madura: Pemain Sehat, Level Indonesia Akan Naik

 

Timnas Babak Belur

Usai kekalahan 2-3 dari Malaysia, pelatih timnas Indonesia, Simon McMenemy sempat menyebut kelelahan jadi salah satu penyebab kekalahan timnya.

"Kita bisa lihat 20 menit terakhir pemain kelihatan lelah," kata McMenemy seusai latihan.

Menurut McMenemy, kelelahan membuat taktik yang sudah direncanakannya menjadi tak berjalan.

McMenemy menilai kelelahannya para pemain timnas Indonesia bisa dilihat di babak kedua.

Pada paruh kedua, para pemain tim Garuda mulai kelelahan. Akibatnya, banyak area permainan yang menjadi renggang dan hal inilah yang dimanfaatkan Malaysia.

Pesepak bola timnas Malaysia melakukan selebrasi kemenangan saat pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G Zona Asia di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Tim nasional Indonesia menelan kekalahan dari Malaysia dengan skor 2-3.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pesepak bola timnas Malaysia melakukan selebrasi kemenangan saat pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G Zona Asia di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Tim nasional Indonesia menelan kekalahan dari Malaysia dengan skor 2-3.

"Kaki capek, akhirnya pikiran juga capek, reaksi juga kurang bagus," kata McMenemy.

"Pemain sudah mengerahkan segala upaya, mereka lari sampai mereka tidak lagi bisa berlari. Ketika di akhir pertandingan, banyak dari mereka kolaps tidak sanggup lari karena kelelahan," tutur juru taktik asal Skotlandia itu.

Beberapa waktu lalu sebelum menghadapi Malaysia, McMenemy memang sempat mengeluhkan jadwal Liga 1 yang tak sinkron dengan persiapan timnas.

Baca juga: TC Timnas Ganggu Persebaya Vs Persija, Simon McMenemy Tak Peduli

Saat pemusatan latihan digelar, sebagian pemainnya sudah dalam kondisi kelelahan akibat rutin tampil di Liga 1.

"Pertandingan Liga Indonesia 3 kali dalam seminggu kita tidak bisa jadikan alasan. Tapi ketika kita mengadakan pemusatan latihan, kita terima anak-anak dalam keadaan lelah, capek," ujar McMenemy.

Menemy kemudian mencontohkan Stefano Lilipaly yang datang ke pemusatan latihan dalam kondisi kelelahan.

Pasalnya, Lilipaly hampir rutin dimainkan klubnya, Bali United, di Liga 1 2019 yang kerap tak memiliki masa jeda yang baik antar tiap pertandingan.

"Begitu juga dengan Andik (Vermansah) yang kelihatan lelah di akhir-akhir pertandingan. Juga ketika Ricky (Fajrin) cedera, itu juga dampak dari kelelahan," kata McMenemy.

Pendukung timnas Thailand merayakan kemenangan saat pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G Zona Asia di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (10/9/2019). Tim nasional Indonesia menelan kekalahan dari Thailand dengan skor 0-3.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pendukung timnas Thailand merayakan kemenangan saat pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G Zona Asia di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (10/9/2019). Tim nasional Indonesia menelan kekalahan dari Thailand dengan skor 0-3.

Nelangsanya nasib timnas Indonesia benar-benar terjadi saat melawan Thailand.

Tampil di hadapan publik sendiri, Andritany Ardhiyasa dkk tak kuasa menahan gempuran tim Gajah Perang yang membombardir gawang tim Garuda dengan tiga gol tanpa balas.

Usai kekalahan dari Thailand, banyak desakan agar Simon McMenemy segera mengundurkan diri ataupun dipecat.

Namun, banyak para pakar dan pengamat sepak bola yang menilai dari sisi berbeda.

Kebanyakan dari mereka menilai hasil buruk yang diraih timnas tak lepas dari penyelenggaraan liga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Klopp Pulang Tanpa Keajaiban, Liverpool Terbentur Hati 'Sang Dewi'

Klopp Pulang Tanpa Keajaiban, Liverpool Terbentur Hati "Sang Dewi"

Liga Lain
Piala Asia U23 2024, Syarat Timnas U23 Indonesia Lolos ke Perempat Final

Piala Asia U23 2024, Syarat Timnas U23 Indonesia Lolos ke Perempat Final

Timnas Indonesia
Rapuhnya Pertahanan Arema FC...

Rapuhnya Pertahanan Arema FC...

Liga Indonesia
Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Liga Indonesia
Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Timnas Indonesia
Xabi Alonso Ucap 'Roma, Roma, Roma', De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Xabi Alonso Ucap "Roma, Roma, Roma", De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Liga Lain
Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia
Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung 'Disidang' Ultras di Olimpico

Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung "Disidang" Ultras di Olimpico

Liga Lain
Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Liga Indonesia
5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

Timnas Indonesia
Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Timnas Indonesia
STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

Timnas Indonesia
Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Liga Lain
Berkat Atalanta, Liga Italia Resmi Punya 5 Wakil di Liga Champions 2024-2025

Berkat Atalanta, Liga Italia Resmi Punya 5 Wakil di Liga Champions 2024-2025

Liga Champions
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com