KOMPAS.com - Turnamen China Open 2019 BWF World Tour Super 1.000 akan mulai bergulir pada Selasa (17/9/2019) hingga 22 September 2019.
Indonesia mengirim 15 wakilnya yang disebar dalam setiap nomor. Tujuh di antaranya masuk daftar unggulan dalam kompetisi level Super 1.000 tersebut.
MD : Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Berry Angriawan/Hardianto, Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. #ChinaOpenSuper1000
— BADMINTON INDONESIA (@INABadminton) August 8, 2019
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti, memberi catatan kepada para pemain elite untuk terus fokus berburu poin jelang Olimpiade Tokyo 2020.
Ya, China Open 2019 ini termasuk satu tantangan bagi para wakil Indonesia untuk meraih tiket bermain di Tokyo tahun depan.
Baca juga: China Open 2019, Jonatan Christie Langsung Lakoni Perang Saudara
PBSI sudah mulai memantau penghitungan poin sejak April 2019 dan akan selesai hingga 26 April 2020.
Selain poin, motivasi lainnya tentu jumlah hadiah yang sangat besar dalam turnamen tersebut. Total hadiah yang diperebutkan senilai 1 juta dollar AS atau setara dengan Rp 14 miliar.
Menurut Susy, kesempatan besar meraih gelar juara ada pada sektor ganda putra. Pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berpotensi menjadi yang terbaik.
Namun, dirinya menyebutkan ada kesempatan besar lain pada nomor ganda campuran dan tunggal putra.
Baca juga: Jadwal Siaran Langsung China Open 2019 di TVRI, Mulai 18 September
Hanya saja, dari penilaian Susy, performa para pemain di sektor tersebut belum stabil.
"Saat ini yang paling stabil memang ganda putra, tetapi ada beberapa sektor yang punya kesempatan yaitu ganda campuran dan tunggal putra," ujarnya dikutip dari laman resmi Badminton Indonesia.
"Pada China Open Super 1.000 tahun lalu, Asian Games 2018, kita kan juga bisa dapat gelar dari tunggal putra," kata wanita yang jadi legenda bulu tangkis Indonesia ini.
Ungkapan belum stabil tersebut dinilai dari motivasi untuk menang dan daya juang di lapangan masih kurang greget.
Baca juga: China Open 2019, Marcus/Kevin Ditantang Runner-up Kejuaraan Dunia 2019
"Ganda campuran pun waktu itu bisa mengalahkan yang juara. Tetapi kalau ketemu yang nggak juara, masih kalah juga," beber Susy.
"Jadi masih belum konsisten, belum yakin. Sebetulnya kematangan pemain itu bisa tertempa dari pertandingan demi pertandingan, banyak pengalaman dan pembelajaran," sambungnya.
Saat ini penghitungan poin ke Olimpiade Tokyo 2020 semakin sempit dan akan berhenti pada kejuaraan Badminton Asia Championships 2020 bulan April mendatang.
Baca juga: Hendra Setiawan Ungkap Target di China Open 2019
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.