"Saya tidak beritahu orang tua bahwa saya mau ke Jakarta. Makanya, saya pergi hanya dengan uang Rp 5 ribu di dompet. Saat transit di Makassar, saya hanya dikasih roti dan itulah makanan untuk satu hari tersebut. Sampai di Jakarta, saya dijemput," ujar Ongen, yang mengaku menelepon orang tuanya setelah tiba di Jakarta.
Selama di Kota Metropolitan, Ongen tidak langsung terjun ke tinju profesional. Dia lebih dulu mengecapi tinju amatir sehingga sempat masuk pelatnas pada 2012 untuk Kejuaraan Dunia di Armenia.
Ongen termasuk satu dari tujuh petinju yang lolos seleksi untuk pergi ke Armenia. Sayang, dia gagal berangkat ke sana karena seminggu menjelang kejuaraan tersebut, Ongen sakit akibat overtraining.
"Tahun 2013, saya juara nasional elite di Lahat. Saya mendapat penghargaan The Best Boxer sehingga dikasih hadiah motor oleh Bupati Lahat," ujarnya.
Setahun berselang, Ongen mendaftarkan diri untuk masuk TNI AU dan dia dinyatakan lolos. Meskipun demikian, Ongen terus menekuni olahraga tinju sehingga bisa tampil dalam PON 2016 di Jawa Barat.
"PON itu merupakan kali terakhir saya di amatir karena setelahnya saya masuk tinju profesional," ungkap petinju berusia 25 tahun tersebut.
Kini, Ongen mulai menuai hasil nekat dan jerih payahnya. Dia sudah meraih gelar juara level Asia dan sedang merintis jalan menjadi juara dunia.
Mahkota Promotion selaku promotor memasang target Ongen bisa mencapai level tersebut (juara dunia) paling lambat dalam dua tahun. Saat ini dia dipersiapkan untuk menghadapi sejumlah laga dan latihan guna menambah jam terbang sehingga lebih matang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.