LIGA Inggris sudah kembali bergulir pada hari Sabtu (10/8/2019) dini hari, di mana Liverpool dan Norwich bertemu pada laga pembuka.
Selama libur musim panas yang berlangsung kurang lebih tiga bulan lamanya, ada banyak transaksi yang terjadi, baik untuk pelatih, pemain, dan juga sponsor.
Ternyata, industri sports betting atau ‘pertaruhan olahraga’ menjadi satu-satunya industri, yang saat ini mendominasi kemitraan klub-klub Liga Inggris. Hanya ada tiga klub saja, yang tidak memiliki kemitraan dengan lembaga perjudian.
Sementara, dari jumlah klub-klub tersebut, separuh dari sisanya akan menampilkan logo perusahaan sports betting itu di jersey utama mereka.
Baca juga: Di Hadapan Atlet NU, Menpora Kembali Bantah Halalkan Judi Bola
Tentu saja, hal ini menimbulkan banyak perdebatan mengenai dampak industri perjudian dan terhadap industri olahraga secara global, baik dari sisi komersial maupun dari sisi moral.
Satu kesatuan
Sadar atau tidak, olahraga dan perjudian memang sudah menjadi satu kesatuan. Kultur tersebut sudah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu, baik oleh bangsa Yunani sebagai pelopor Olimpiade, maupun oleh orang-orang Romawi.
Pada Abad ke-18, popularitas taruhan ini mulai berkembang seiring dengan banyaknya acara pacuan kuda. Dengan cepat tren perjudian ini menular ke cabang olahraga lain.
Namun, karena dinilai banyak memberi dampak negatif bagi mereka yang berpartisipasi, baru pada pertengahan Abad ke-20, perjudian olahraga tersebut bisa menjadi legal di Las Vegas, AS. Alasannya sederhana, agar lebih banyak pengunjung yang bisa ditarik untuk datang ke Las Vegas.
Teknologi online
Pertumbuhan teknologi yang pesat, juga memberikan dampak yang signifikan bagi industri perjudian. Saat ini, jumlah perusahaan judi online sudah makin banyak, sehingga siapa saja, dan di mana saja, bisa mendapatkan akses yang mudah untuk melakukan aktivitas judi.
Baca juga: Polisi Ungkap Judi Bola Pakai Bitcoin Senilai Rp 21 Triliun
Sejak tahun lalu, ada kurang lebih tujuh negara bagian di AS, yang telah melegalkan perjudian. Perusahaan tersebut juga sangat kreatif dalam membentuk “model” atau opsi untuk berjudi yang lebih “soft”, atau yang sering disebut dengan fantasy sports.
Dengan semakin banyaknya orang, yang ikut terlibat dalam pertaruhan olahraga dalam bentuk apapun, industri sports betting ini diprediksikan akan mencapai nilai sebesar 155,49 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 2,20 kuadriliun!
Dari sisi komersial, besarnya industri pertaruhan olahraga ini, jelas secara langsung memberi dampak yang signifikan bagi dunia olahraga.
Rata-rata, sebuah perusahaan judi olahraga menghabiskan sekitar 25 persen dari hasil pendapatan mereka untuk biaya pemasaran, yang akhirnya diterima oleh instansi olahraga dalam bentuk sponsorship untuk klub, dan pemasangan iklan untuk siaran pertandingan.